minho mendudukkan dirinya di meja makan, seperti malam-malam sebelumnya ia akan makan malam sendirian lagi. orang tua nya sudah mengabari jika mereka akan absen malam itu karena pertemuan bisnis. sungguh, minho sudah terbiasa makan sendiri, malah ia akan merasa tidak nyaman saat kedua orang tuanya hadir untuk makan dengannya. karena topik yang akan mereka bicarakan tidak akan jauh dari keinginan mereka untuk menyukseskan bisnis mereka karena ia adalah anak satu-satunya.
minho menghela napas, memutuskan untuk menyuapkan ramyun instannya dibandingkan memikirkan masa depannya yang tidak akan pernah menjadi pilihannya.
lee minho, seorang pemuda yang kini bekerja sebagai internship di sebuah perusahaan arsitektur untuk memperbanyak ilmu nya sebelum ia harus meneruskan bisnis real estate kedua orang tuanya. jika ia ditanya apa yang sebenarnya mau dia lakukan, ia akan menjawab dengan 'menjadi pelatih dance'. namun ia cukup tahu diri untuk menyuarakannya karena ia takut akan mengecewakan kedua orang tua nya.
minho mengubur dalam-dalam mimpinya itu. setidaknya ia masih bisa menghabiskan waktunya dengan kru dance nya dan menampilkan kebolehan mereka tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. ia masih memiliki sedikit waktu dan ia akan menggunakan waktunya dengan baik sebelum ia menjadi anak baik yang mematuhi keinginan orang tuanya.
ʕ'•ᴥ•'ʔ
"minho, bagaimana dengan gerakan ini?" pemuda yang dipanggil itu menengok ke samping, memperhatikan bagaimana pemuda lainnya mempraktekkan gerakan itu sebelum mengangguk.
"sudah bagus kok, tapi juyeon-ah," minho menggerakkan tangannya, menunjukkan gerakan yang ia sarankan kepada juyeon, "mungkin kalau begini akan lebih bagus?" juyeon melihat gerakan minho dengan baik sebelum mencobanya sendiri, mengangguk sambil tersenyum, setuju dengan pendapat pemuda itu.
minho dan juyeon, dua dari enam pemuda yang tergabung dalam kru dance bernama stroz atau strayboyz. kru itu terdiri dari mahasiswa dan alumni dari hongik university yang masih memiliki waktu luang untuk menghabiskan waktu mereka dengan menari. minho sudah mengenal juyeon dari waktu kuliah dulu, mereka tidak sengaja bertemu saat mahasiswa lainnya mengenalkan mereka yang katanya seperti anak kembar, kalau saja bukan karena itu, alumni jurusan arsitektur dan seni tari itu tidak akan pernah bertemu.
sekarang juyeon sudah bekerja magang di salah satu studio dance yang ada di hongdae, dekat dengan tempat mereka biasa busking, berbeda dengan minho yang menghabiskan waktunya di kantor arsitektur.
minho sangat ingin menjadi seperti juyeon, tapi ia tidak berani mengatakan apapun kepada orang tuanya. ia takut, bagaimana jika ia memilih jalannya lalu ia gagal? apa yang harus dikatakan minho pada kedua orang tuanya? ketakutannya terhadap kegagalan dimulai saat ia masih di sekolah dasar, minho memang tidak terlalu bisa mempelajari sesuatu yang memerlukan perhitungan yang terlalu rumit, membuat minho kecil mendapatkan nilai yang cukup jelek. wajah kecewa ibunya saat itu masih tercetak jelas di ingatannya, meskipun wanita itu tidak berkata apapun padanya.
sejak saat itu minho selalu berusaha keras untuk mendapatkan yang terbaik, karena ia takut kegagalannya akan menjadi alasan kejatuhannya.
"woy, minho! bocah ini malah bengong," minho menggelengkan kepalanya, menyadarkan dirinya sendiri dari lamunannya.
"hah?"
"anak-anak udah berangkat duluan tuh, ayo cepet, keburu spot kita dpakai orang lain." minho mengangguk, membereskan barang-barangnya dan mengikuti pemuda satunya keluar dari studio yang mereka sewa.
saatnya untuk menunjukkan kebolehannya.
ʕ'•ᴥ•'ʔ
"bagaimana pekerjaanmu hari ini, minho?" minho mendongak dari piringnya, melihat ke arah pria yang berada di seberangnya sebelum menelan isi mulutnya.
"baik, yah, seperti biasa."
"ayah dan ibu berpikir untuk mengenalkanmu di pesta peresmian gedung milik rekan kerja kita seminggu lalu, supaya mereka tahu siapa penerus dari keluarga lee," wanita di sisi ayahnya berkata sambil tersenyum bangga kepada minho, "ibu yakin kamu akan melakukan yang terbaik, nak."
minho menelan air liurnya, mendadak ia sulit bernapas, ia hanya bisa tersenyum dan mengangguk. ayah dan ibunya tersenyum, tidak menyadari senyum itu tidak pernah mencapai matanya.
makan malam itu dihabiskan dengan membicarakan rekan bisnis kedua orang tuanya, atau bagaimana revisi yang diminta klien mereka sangat banyak sehingga mereka harus merubah desainnya secara keseluruhan. minho hanya mengangguk setiap ayah atau ibunya menanyakan sesuatu yang tidak ia mengerti, berpikir jika ia mengatakan hal lain maka itu akan merubah atmosfir di meja itu.
minho tidak pernah benar-benar berbicara banyak di hadapan keluarganya, bukannya apa, ia hanya takut mengatakan sesuatu yang salah. ia bisa saja terlihat sangat percaya diri di hadapan penonton buskingnya, namun ia memiliki sangat banyak ketakutan di dalam pikirannya. selain itu, keluarganya tidak pernah benar-benar menanyakan tentang kabarnya atau hal yang ada di pikirannya, sehingga pemuda itu tidak pernah terpikir untuk mengatakan sesuatu.
begitulah minho, terlalu banyak yang ada di pikirannya, namun tidak ada yang tersampaikan. semua karena ketakutannya. kadang ia bertanya, apakah ia bisa berubah?

KAMU SEDANG MEMBACA
STRAY CAFE
Hayran Kurgusebuah cafe dengan lima orang pemuda sebagai staff nya. semoga kau keluar dari cafe ini dengan senyum yang sedikit lebih lebar, beban yang sedikit lebih ringan, hati yang sedikit lebih bahagia. di cafe ini kami tidak hanya menyajikan minuman atau ma...