Insecurity : 6.

128 30 1
                                    

" jadi begini," mulai jisung sebelum kembali menyuapkan cheesecake di mulutnya, sukses membuat hwall menatapnya dengan kesal, "jadi kemaren aku dapat pelanggan baru, kamu tau kan tiap rabu itu shift ku untuk konsultasi?"

hwall mengangguk, jisung memang sudah bercerita banyak mengenai pekerjaan yang sudah digelutinya dari tahun kedua. beberapa kali juga ia sudah menghampiri tempat kerja temannya, bahkan ia sudah kenal baik dengan pegawai lainnya. sudah tentu favoritnya adalah jeongin yang baru masuk setahun yang lalu, anak itu sangat asyik untuk digoda.

"namanya minho, lengkapnya lee minho," lanjut jisung, "beda sama pelangganku yang lainnya, dia nggak banyak omong. malah yang ada aku yang disuruh cerita, kan lucu ya?"

sekali lagi hwall mengangguk, memang sangat tidak biasa bagi jisung yang seharusnya menjadi pendengar malah menjadi seseorang yang didengarkan. apalagi mengingat alasan jisung mengikuti event itu adalah untuk belajar mendengar, ia jadi sedikit khawatir, tidak, sejujurnya ia sangat khawatir.

"saat aku minta maaf karena ngomong kebanyakan, kamu tau kan aku selalu memotong ucapanku sendiri karena aku takut terlalu berisik, dia malah bilang nggak papa dan menyuruhku lanjut bercerita," jisung tersenyum lebih lebar, "aku nggak tau kalau aku akan merasa lega seperti ini, biasanya aku akan sangat takut untuk melanjutkan, tapi minho hyung benar-benar memintaku untuk melanjutkan. bukan karena tidak enak, dia benar-benar menikmatiku bercerita. aku senang."

untuk pertama kalinya semenjak hari terjadinya kejadian itu, hwall melihat jisung benar-benar bahagia. memang banyak hal membuat pemuda itu bahagia, tapi untuk sekali ini, hwall bisa melihat jisung yang benar-benar bebas. 

"aku takut pandangan itu akan berubah kalau dia mendengarku jadi lebih berisik dari itu. maksudku, 'dia' juga begitu. makanya aku harus belajar mendengarkan dengan lebih baik lagi atau akan ada orang lain akan memanggilku berisik dan ignorant lagi."

jisung kembali menyuap kue ke dalam mulutnya, senyum yang tadi muncul hilang sudah dari wajahnya. hwall menghela napas, mengelus kepala sahabatnya itu dengan lembut, "itu bukan salahmu, okay? dia hanya terlalu egois, sung, dia nggak ngerti kamu seperti apa orangnya."

"tapi, joonie, dia tidak akan seperti itu kalau aku tidak keterlaluan juga," jisung menundukkan kepalanya semakin dalam.

"sungie, dengarkan aku. dia, mantanmu itu, aku mengenal dia sama lamanya dengan kamu mengenalnya. dia egois, sung, apa kamu nggak sadar kalau dia selalu marah saat kamu menghabiskan waktumu denganku? dia memonopoli waktu mu, dia marah kalau kamu bercerita tentang dirimu sendiri, yang terpenting buat dia hanya dia, dia, dan dia."

jisung hanya bisa menunduk mendengarkan kata-kata hwall, ia tahu, ia sadar betul bahwa apa yang dikatakan hwall itu benar. tapi jika jisung mengingat kembali kata-kata mantannya saat itu, jisung akan menjadi sangat insecure, membuatnya selalu mempertanyakan apakah dia terlalu berisik, apakah dia setidakpeduli itu, apakah dia egois karena selalu bercerita tentang dirinya sendiri dan tidak mencoba untuk mendengarkan orang lain.

"maka dari itu, jisung, sahabatku, teman hidupku, no homo, okay? jangan menyalahkan dirimu sebanyak ini, mungkin kamu juga salah, tapi dia juga punya kesalahan. putusnya kalian bukan hanya tanggung jawabmu."

jisung sedikit terkekeh mendengar kalimat pertama hwall, ia tahu pemuda itu mencoba untuk meringankan atmosfer pembicaraan mereka yang terlalu berat, dan ia sangat berterima kasih karena hwall mau mendukungnya selama ini, dimulai dari saat ia pertama kali menjejakkan kaki di korea hingga saat ia terpuruk begitu dalamnya dulu. 

ia tidak akan pernah bisa meminta teman yang lebih baik dari seorang heo hyunjoon.

ʕ'•ᴥ•'ʔ

jisung mengucapkan terima kasih kepada pelanggan yang baru saja keluar dari cafe, suara helaan napas yang cukup panjang bisa terdengar setelahnya. bukannya mengeluh atau apa, tapi semalam sebelumnya, ia dan hwall harus merelakan waktu tidur mereka dipotong setengah karena tugas mendadak dari sungjin seonsaengnim yang berarti jisung bekerja dengan hanya mengandalkan aliran kafein yang ada dalam darahnya. 

'terima kasih kepada Stray Cafe yang sudah menyumbangkan kafein ke dalam donasi untuk kelancaran studi dan pekerjaanku,' begitu pikir jisung saat mengingat berapa banyak pengeluaran yang harus ia keluarkan jika ia tidak bekerja di cafe.

changbin di belakang masih berusaha untuk membuat latte art baru, beberapa hari ini pemuda itu berusaha untuk menambahkan nilai seni ke dalam minuman mereka, entah apa yang menyebabkannya. mungkin changbin juga sama kurang tidurnya dengan jisung.

"selamat datang di Stray Cafe, mau pesan apa?" 

jisung otomatis menyapa ketika bunyi lonceng kecil yang diletakkan di atas pintu masuk berbunyi, namun kali ini ia sedikit terkejut dengan sosok yang ada di depan pintu. lee minho dan... seseorang? 

"minho hyung?"

"hai, jisung, saya membawa teman ke sini. kenalkan ini juyeon. juyeon, ini jisung," minho tersenyum cukup lebar, berbeda dengan ekspresi yang ia buat di awal pertemuannya dengan jisung.

"hai, aku lee juyeon, karena lebih tua panggil saja juyeon hyung. aku tidak terlalu suka formalitas!" pemuda itu terkekeh sambil mengulurkan tangannya, jisung menjabat tangannya dan tersenyum.

"senang bertemu denganmu, juyeon hyung! kalian bukan... saudara kembar, kan?" tanya jisung saat menyadari kemiripan di antara kedua pemuda itu, yang dibalas dengan tawa yang cukup keras dari juyeon.

"ya tuhan, aku dan minho? saudara kembar? aku akan mati muda kalau harus menjadi saudara bocah ini!" 

jisung ikut tertawa saat melihat bagaimana minho menggerutu dan mendorong pemuda yang ada di sampingnya cukup keras, membuat juyeon oleng dan hampir menabrak vas yang diletakkan woojin sebagai hiasan di samping meja barista.

"jisung-ah, aku pesan flat white, dan untuk 'saudara kembarku' ini berikan saja susu putih," ucap minho sambil melihat temannya dengan pandangan datar.

"jahat sekali, minho-ya! aku mau ice chocolate, jisung-ah!"

jisung hanya bisa mengangguk sambil mengatakan nominal yang harus dibayar, juyeon menyerahkan kartunya untuk membayar pesanan mereka. setelah mengucapkan terima kasih, kedua pemuda yang cukup mirip parasnya itu berjalan menuju lantai dua, dengan minho yang menarik leher juyeon yang masih asyik melambaikan tangannya ke arah jisung.

"mereka akrab sekali ya?" tanya changbin yang sedari tadi diam memperhatikan tingkah kedua pemuda itu.

"huh? iya, aku kira minho hyung akan sama diamnya ke teman-temannya, mungkin mereka sudah kenal lama, hyung."

"sekilas aku seperti melihatmu dan hwall, sama-sama berisik dan menyebalkan."

"HEY, KAMI TIDAK SEPERTI ITU, CHANGBIN HYUNG!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STRAY CAFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang