Behind The Glasses

20.4K 1.1K 55
                                    

                  

[Repost/Private]

***

Sudah hampir 2 jam Vale menunggu seorang diri di CaféVe.

Ah, tidak. Sebenarnya ia tidak benar-benar sendiri, banyak pengunjung datang ke kafe ini. Namun kali ini ia merasa sepi. Para sahabatnya tidak dapat ikut serta menemani. Tapi itu bukan alasan yang dapat mengurungkan niatnya kali ini. Vale harus menemui lelaki itu! Ya, lelaki bernama singkat itu. Vano.

Vale lantas menoleh saat suara pintu diiringi dentingan bel khas kafe itu terdengar, menandakan adanya pengunjung yang datang. Senyuman mengembang terukir di bibir gadis itu, mendapati seseorang yang telah menyita waktunya, akhirnya datang. Namun, senyumannya memudar seketika melihat wanita yang sama seperti kemarin datang bersamanya.

Ah, tentu saja. Bagaimana mungkin Vano bisa datang sendirian?

Tapi siapa wanita itu? Terlihat tampak lebih dewasa dari Vano. Huh, pasti kekasihnya. Jelas saja, karena keadaan Vano yang seolah menuntut lelaki itu untuk memiliki kekasih yang penyabar dan berpikir lebih dewasa darinya. Ya, mungkin seperti itu.

Oh, astaga! Tujuan utamanya kesini adalah meminta maaf pada Vano. Bukan mengurusi teka-teki cinta lelaki itu!

Vale yang hendak beranjak dari posisi duduknya, bertekad untuk menghampiri lelaki itu, lantas mengurungkan niatnya kembali. Ia takut kekasih lelaki itu akan salah paham. Vale bergidik membayangkan perang adu mulut antara keduanya atau bahkan sampai mengacak-acak rambut?! Gosh!

Sampai seorang wanita pemilik kafe itu menghampiri keduanya. Mereka terlihat begitu akrab. Dan seolah mengerti keadaannya, wanita itu mengajak kekasih Vano pergi menjauh dari lelaki itu. Entah untuk apa, Vale tidak mengetahuinya. Yang pasti, ini adalah kesempatan bagus! Ia mempunyai peluang besar untuk menghampiri Vano.

Pemilik kafe itu sepertinya mengerti keadaanku ini, batin Vale senang. Namun tak dapat menutupi keresahan di lubuk hatinya.

Tapi sepertinya mereka memang memiliki urusan yang sangat penting. Entah, kedua wanita itu sampai perlu menghilang, meninggalkan lelaki tampan itu sendirian? Woops!

Vale bergegas menghampiri lelaki itu dengan penuh rasa percaya diri. Namun tak dapat dipungkiri, ia turut menjinjing sekeping keraguan.

***

"Yang mana, Aunt?"

"Yang itu... Tuh!" Eve menunjuk salah satu gadis cantik yang bergegas menghampiri Vano. Pandangan Tasya lantas mengikuti arah yang di tunjuk oleh Tante Eve.

"Gadis yang sama seperti kemarin?" Tasya mengernyit samar.

Eve mengangguk mantap, "Bukankah kemarin sudah mendapat penolakkan?" Alisnya yang terbentuk rapi-pun bertaut.

Tasya terkekeh kecil, "Lihat saja Aunt, apa yang akan dilakukannya."

"Tasya," Bibir Eve mendekat kearah telinga Tasya yang mencondongkan badannya. Wanita itu membisikkan sebuah rencana kecil. Tasya tersenyum geli akan rencana bibinya tersebut.

"Jadi aku harus berpura-pura sibuk?" Lirih Tasya menahan tawa.

"Ya! Aku hanya ingin tahu seberapa besar usaha gadis itu. Kau tahu, seorang gadis akan menjadi pemalu jika ada orang lain diantaranya, Tasya. Aku merasakannya dulu."

***

"Hai."

Suara itu. Vano masih mengingat suara itu.

Vano mengernyitkan dahinya seraya menoleh ke depan. Vale tersenyum tipis melihatnya. Padahal, kini ia masih berdiri di samping Vano. Bukan tengah duduk dengan rasa tidak tahu malu di hadapan lelaki itu.

Eyes OpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang