The Alternate Papa

1.8K 172 59
                                    

Pagi hari yang indah untuk dua insan yang masih saling berpelukan dibalik hangatnya selimut yang membalut tubuh.

Jaehyun masih dengan nyamannya memeluk perut Ten dengan bagian kepalanya berada di area dada Ten, terbangun karena suara tidak beraturan muncul dari dalam sana.

Menyimpulkan senyum kecil, Jaehyun tahu Ten sudah bangun sedari tadi.

"Ada apa baby? Huh? Kenapa jantungmu berderu seperti ini?" kata Jaehyun sambil terus mengeratkan pelukannya.

"Mmm Jae... Aku tidak terbiasa seperti ini. Aku belum pernah merasakan tidur bersamamu, dalam dekapanmu semalaman dan tadi Doyoung...."

Tapi Jaehyun sudah memotong ucapannya.

"Sstt aku sedang tidak ingin mendengar apapun tentang Doyoung. Saat ini hanya ada aku, kamu, dan baby."

Air mata Ten tiba-tiba mengumpul dimata namun tidak terjatuh.

"tapi Jae, kamu harus mendengarkan aku dulu." pinta Ten membuat Jaehyun memposisikan diri menyamping dan menghadap wajah Ten.

"Ada apa baby? Hmm?" tanya Jaehyun yang sedang mengusap lembut wajah mungil itu.

"Aku merasa, Doyoung tahu kau disini. Tadi dia mengirim pesan padaku, dia bilang, Hyoje sakit dan mencarimu."

Deg.

Napas Jaehyun seketika berat.

Suami macam apa yang tidak pulang tanpa mengabarkan dan tidak tahu putrinya sakit.

"Jae..hyun.. Aku takut, kehilanganmu, kehilangan Doyoung." entah kenapa air mata Ten mengalir ketika menyebut nama Doyoung. Mungkinkah ia merasa sedikit berdosa karena mengkhianati sahabatnya?

"Aku disini Ten, bukan kah aku sudah berjanji untuk tidak meninggalkan mu dan baby?"

Ten hanya tersenyum getir, tidak menjawab pertanyaan Jaehyun.

---

Lain halnya untuk Doyoung, Pagi ini sangat tidak indah! Pertama karena Hyoje masih demam meskipun sudah mereda. Kedua karena Doyoung tidak tidur semalaman. Ketiga karena Taeyong yang terus menerus bertanya tentang keberadaan alat dan bumbu masak di dapur Doyoung.

Ya, sehabis pulang dari rumah sakit, semalaman juga Taeyong menemani Doyoung karena si brengsek Jung bisa-bisanya tidak pulang disaat putri kecilnya sakit. Taeyong mana tega meninggalkan Doyoung, ia takut jika terjadi apa-apa dengan Hyoje, mengingat anak itu terus menerus mengaduh dan tidak bisa terlepas dari ibunya.

Ketika suasana mulai tenang, mata Doyoung perlahan terpejam, dengan Hyoje yang masih dalam pangkuannya. Taeyong melihatnya iba. Tadinya dia ingin memberi tahu ibu dan anak itu untuk sarapan. Tapi sepertinya Doyoung lebih butuh tidur saat ini.

Taeyong memberikan bantal penyanggah di sebelah Doyoung agar dia tidak jatuh dan membenarkan selimut agar menutupi Hyoje dan Doyoung.

Cinta dalam diamnya saat ini tertidur damai. Senyum Taeyong tanpa sadar merekah. Tangannya terulur merapihkan rambut-rambut yang menutupi wajah Doyoung. Setelahnya ia tidak lupa memastikan kondisi Hyoje dengan memegang dahi anak itu.

Demamnya sudah reda - batin Taeyong.

Tindakannya diakhiri dengan mencium pipi gembul sang anak, namun tiba-tiba Hyoje membuka matanya. Taeyong dengan sigap memberikan kode agar anak itu tetap tenang karena ibunya baru saja tertidur. Seolah mengerti yang Taeyong maksud, Hyoje mengulurkan tangannya kearah Taeyong pertanda ingin digendong.

"Jeje masih sakit?" Tanya Taeyong ketika sudah meninggalkan kamar.

Hyoje hanya menggeleng.

"Papa mana uncle?" Tanya Hyoje kemudian.

Uncle Taeyong harus berbohong Hyoje, maaf.

"Papa sudah berangkat kerja tadi pagi. Sekarang Hyoje makan bersama uncle ya?" Kata Taeyong seraya memperlihatkan hasil masakannya kepada Hyoje.

 Sekarang Hyoje makan bersama uncle ya?" Kata Taeyong seraya memperlihatkan hasil masakannya kepada Hyoje

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"WAH! OWL! Jeje mau mam uncle."

Melihat antusiasnya anak itu, Taeyong gemas dan mengusak rambut Hyoje, lalu mendudukan anak itu dipangkuannya.

"Uncle suapi ya." Yang dibalas dengan anggukan semangat.

Sambil memainkan boneka kelincinya, anak itu menerima suapan demi suapan oatmeal cokelat yang Taeyong buat.

Anak itu juga sudah memberi nama untuk dua bonekanya, Bun Bun untuk boneka berwarna coklat sedangkan Eve untuk boneka berwarna putih.

Anak itu juga sudah memberi nama untuk dua bonekanya, Bun Bun untuk boneka berwarna coklat sedangkan Eve untuk boneka berwarna putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bunbun, Eve, Jeje sedang sakit, rasanya kepala Jeje mau pecah, tubuh Jeje juga panas seperti kopi yang Papa minum setiap pagi." Ketika menyebut kata "Papa" anak itu menghentikan kunyahan di mulutnya.

Taeyong hanya diam memperhatikannya.

"Tapi... Papa tidak menengok Hyoje, hanya ada Mama dan Uncle Taeyong jelek disini. Hyoje rindu Papa, ingin tidur sambil memeluk Papa." Lalu air mata anak itu menetes. Melihat itu Taeyong meletakan sendoknya dan menghapus air mata Hyoje.

"Cup cup anak cantik jangan menangis dong. Papa kan sedang bekerja. Nanti uncle telepon Papa untuk cepat pulang ya." Sambil menahan tangisannya Hyoje menganggukan kepalanya dalam dekapan Taeyong.

Tanpa sadar Doyoung sudah berdiri dibelakang mereka. Melihat anaknya menangis karena rindu Papanya yang lebih memilih bersama sahabatnya. Doyoung tersenyum miris sambil menitihkan air mata.

Haruskah Doyoung menceritakan ini pada Taeyong? Atau haruskan ia marah-marah dan melabrak Ten karena menyembunyikan suaminya? Doyoung tidak tahu apa yang harus ia perbuat karena tiba-tiba semuanya gelap.

Tubuhnya jatuh ke lantai, menghasilkan debuman kencang yang membuat Taeyong berbalik dan Hyoje berteriak.

"MAMA!"

TBC

Hehe sudah berapa lama saya tidak update? Kali ini tidak bisa misuh-misuh ya, part selanjutnya, mungkin:)

Sang PenggodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang