Tidak terhitung sudah berapa kali isi perut yang keluar melalui mulut Ten. Bahkan saat tidak ada suatu apapun yang bisa dikeluarkan rasa mual itu tidak berhenti membuat langkah kaki Ten melaju menuju kamar mandi.
Sangat lelah. Ini sudah kesekian kalinya tidak ada apapun yang keluar. Membuat Ten tidak sanggup lagi untuk berdiri sekalipun.
Bibirnya yang sehabis diseka menyunggingkan senyum miris. Andai ada Jaehyun disini.
Sayangnya, Ten tidak tahu, apakah Jaehyun masih di kantornya atau... pulang kerumahnya.
Dan sayangnya lagi, sekadar menatap ponsel saja Ten tidak mampu, layarnya membuat Ten semakin mual.
Suasana hati ibu hamil memang tidak bisa digambarkan. Tiba-tiba saja Ten menangis. Entah karena apa. Mungkin banyak hal. Ia teringat semua kenangan manisnya bersama Doyoung tetapi ia benci, jika saat ini mungkin saja Jaehyunnya sedang bersama Kim Doyoung, sahabatnya.
"Hiks.." Tangisnya semakin membuncah dan menggema mengingat dirinya masih terduduk didalam kamar mandi.
Tiba-tiba sepasang tangan melingkari perutnya. Tubuhnya yang semula menegang kini mulai tenang karena aroma yang masuk melalui indra penciumannya meski masih terhalang lendir.
"Dad-dy..."
Suaranya masih tersenggal. Sementara orang dibelakangnya hanya mengusap perut itu perlahan-lahan sambil menghirup aroma di ceruk leher yang entah sejak kapan membuatnya candu.
"Maafkan daddy ya baby, daddy baru bisa pulang karena pekerjaan di kantor daddy banyak sekali." Ucap si Jung lembut seakan sedang bicara pada anaknya.
Ten yang mendengarnya pun langsung memutar badannya menghadap Jaehyun.
"Kau tidak pulang kerumah... Doyoung?"
Gelengan dikepala laki-laki itu membuat perasaan Ten membaik dan membuatnya menerjangkan pelukan hingga membuat mereka hampir terjatuh jika saja tangan Jaehyun tidak sigap menahan massa tubuh keduanya.
"Jadi kau menangis hanya karena itu?"
Ten hanya bisa mengangguk malu.
"Tidak, tidak hanya itu, rasanya tubuhku sakit semua, perutku tidak menerima apapun sejak pagi meski begitu tetap saja aku ingin muntah! Rasanya tidak enak."
Jaehyun menatap dalam calon ibu dari anaknya yang kini sedang mengadu.
"Tapi... lebih dari itu, hatiku rasanya lebih sakit membayangkan kau meninggalkanku dan pulang kerumahmu."
Selesai Ten berkata-kata, Jaehyun langsung memeluknya. Ten kira begitu, sebelum akhirnya Jaehyun sedikit menjauhkan tubuhnya dari tubuh Ten dengan diiringi sebuah kalung yang menjuntai dari leher Ten.
"Ini?"
"Hadiah untukmu. Kau suka?"
Ten mengangguk riang.