Acceptance

1.7K 177 79
                                    

"Tuan Jaehyun hari ini tidak masuk kantor Nyonya, ponselnya tidak aktif." Kata suara dari seberang sana yang membuat Doyoung menjatuhkan ponselnya lemas.

Tadi ia masih berpikir positif jika Jaehyun menginap di kantor karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

"Kepalamu sakit tidak?" Tanya Taeyong ketika masuk kekamar dengan Hyoje yang menempel seperti koala dan sebelah tangan membawa teh jasmine.

Doyoung diam tidak menjawab.

Setelah tadi pingsan, Taeyong buru-buru membawanya berbaring di kamarnya dan mengusapkan minyak aroma terapi di pangkal hidung dan dahi Doyoung. Tidak lama, akhirnya Doyoung sadar dan melihat Hyoje menangis sesegukan di pangkuan Taeyong. Lalu Taeyong mengajak Hyoje membuatkan teh untuk Doyoung.

"Jaehyun tidak di kantor." Lirih Doyoung dengan pandangan kosong.

Taeyong tidak tahu harus berbuat apa. Diletakkannya teh jasmine itu di nakas dan berbisik ke Hyoje agar menunggu sebentar di kamarnya. Beruntungnya Hyoje mengerti, anak itu langsung lari ketika Taeyong menurunkan dari gendongannya.

"Kim..." ucap Taeyong berusaha menyadarkan Doyoung dari lamunannya.

"Aku harus menemui Ten, aku harus menjemput suamiku!" Doyoung seketika melangkahkan kakinya menuruni ranjang namun sebelum itu tangan Taeyong sudah berhasil mencegahnya.

"Kim Doyoung!" Panggil Taeyong dengan nada sedikit berteriak.

"Sadarlah Kim, kau sakit, anakmu sakit!"

Tangis Doyoung kini tak terbendung dengan napas yang tersenggal dan suara terisak.

"Jae... Jae..." Doyoung tidak mampu meneruskan ucapannya.

Taeyong tahu, tahu betul kemana perginya brengsek Jung itu. Tidak hanya sekali, dua kali Taeyong melihat laki-laki itu bersama teman SMAnya.

Perlahan Taeyong merengkuh Doyoung dalam pelukannya.

Ketika sudah sedikit tenang, Doyoung menjelaskan kecurigaannya kepada Taeyong. Hati mana yang tidak sakit, melihat orang yang kau cintai menangisi laki-laki yang sudah menduakannya.

"Ada aku Kim, kau tidak boleh bersedih dihadapan Hyoje."

Doyoung menyadari itu, bahwa ada hati yang harus dia jaga, hati putrinya.

"Terima kasih Taey"

---

"Apa ini Jaeyun?" Tanya sang ibu kepada putranya yang menyerahkan selembar foto janin dalam kandungan.

"Anakku."

Dengan tangan yang masih bertautan dengan tangan Ten disampingnya dan wajah tertunduk, ia mengucapkan kata-kata yang membuat Ibu, Ayah, dan Kakaknya tak sangka-sangka.

Semua orang saling pandang heran.

"Dengan Ten." Sambungnya.

Sang Ayah menunjukan raut kecewa diwajahnya. Bagaimana bisa dengan Ten, lalu kemana menantunya?

Lain halnya dengan sang Ibu yang menunjukan raut wajah penuh syukur.

Sedang sang Kakak hanya bisa diam. Ia tak tau harus mensyukuri ini atau tidak. Bagaimanapun ia masih memikirkan perasaan Doyoung meski Ten adalah rekan kerja bahkan kepala timnya di kantor.

"Maafkan aku, Ayah, Ibu, Kakak." Kali ini Ten yang bersuara.

"Aku bukan Ayahmu! Dan Jaehyun, Ayah sangat kecewa padamu! Kau bukan suami dan ayah yang baik untuk keluargamu." Lalu Tuan Jung pergi dari ruangan itu.

"Ayah!" Panggil Ibu Jaehyun ketika melihat suaminya pergi.

"Ini tidak benar Jaehyun, tapi ini sudah terjadi, kamu harus bertanggungjawab, dan jangan terlalu larut menyakiti Doyoung." Saran Jesicca lalu menyusul sang Ayah.

"Jesicca!"

"Maafkan Jaehyun Ibu." Ungkap Jaehyun yang kini sudah berlutut di kaki Ibunya.

"Nak, jangan merasa bersalah, ibu tahu ini yang kamu inginkan dan Ten, terima kasih sudah memberi Ibu cucu."

Jaehyun dan Ten tidak percaya dengan penuturan Sang Ibu. Tapi ada rasa haru di hati Ten atas penerimaan itu. Sebahagia ini ternyata rasanya.

Ten berjalan menuju tempat duduk Nyonya Jung dan memeluk tubuh hangat itu.

"Tumbuh dengan sehat Jaehyun Junior." Kata sang nenek kepada cucu dalam perut rata Ten.

"Terima kasih telah menerimaku dan anakku, bu." Ucap Ten dengan mata yang berkaca-kaca.

"Dia juga cucuku, sayang."

Jaehyun menatap kedua orang yang berpelukkan itu lega. Saat ini dia harus meminta maaf kepada Ayah dan mengikuti saran kakaknya.

Tapi, separuh hatinya mana rela melepas Doyoung. Jaehyun tidak bohong ketika dia bilang mencintai istrinya itu. Jaehyun tidak bohong ketika dia berkata bahagia bersamanya. Tapi, Jaehyun juga tidak bisa berbohong ketika didalam hatinya menginginkan memiliki buah hati yang mengalir darahnya didalamnya.

TBC

Aku kira part sebelumnya tidak bisa dibuat misuh, ternyata bisa juga ya hehe. Kalo part ini gimana? Sudah ya double update hari ini. Semoga suka.

Aku baca semua komen kalian dan akan aku balas besok❤

Kalo Doyoung udah tau berati tinggal nunggu klimaks dan lebih dekat menuju akhir hehe😁

Sang PenggodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang