02. Si Matematika

228 42 24
                                    

Happy reading!
Hayoooo udah pada tekan bintang? Kalau belum, tekan dulu yuk!⭐️

~~*****~~

"Lo itu bener-bener kayak matematika Ga, bikin gue bawaannya emosi terus."

~~*****~~

"Far."

Farsya otomatis langsung menoleh ketika merasa namanya dipanggil. Alisnya terangkat seraya bertanya pada Alista, si pemanggil namanya tadi, "Kenapa?"

"Shalga mana? Nggak masuk?"

Reflek ketika mendengar nama Shalga, Farsya seketika memutar kedua bola mata malas.

"Kenapa tanya gue? Emang gue nyokapnya?" Farsya melengos. Padahal ini jam pelajaran Bahasa Indonesia yang seharusnya dia nikmati, tapi tiba-tiba dirinya merasa tidak mood. Semua ini karena Shalga. Bukannya apa, ia membenci Shalga seperti ia membenci Matematika, pelajaran paling tidak ia sukai. Setiap pelajaran Matematika, Farsya selalu merasa otaknya memanas, kesabarannya terkuras, dan emosinya memuncak. Sama seperti Shalga, kelakuannya membuat Farsya tidak ingin dekat-dekat dengan lelaki yang ia juluki si Matematika.

"Ya kan lo sering barengan sama dia. Siapa tahu lo tahu dia ke mana. Pasti gue nih yang ditanya nanti pas absen." Alista yang ada di samping kanan Farsya mendengus. Dia adalah sekretaris. Yang memang biasanya ditanya tentang murid yang tidak masuk. Dan Shalga termasuk murid yang selalu membuatnya kerepotan.

Sedangkan Farsya langsung melotot dan kembali menoleh ke samping. "Gue nggak sering bareng sama dia ya," elaknya.

Alista tertawa. Lucu sekali menggoda Farsya ataupun Shalga. "Santai kali Far."

"Serina Tasya..."

"Saya Bu."

"Shalga Anetama?"

Hening. Para murid saling tengok. Berpikir kiranya kemana Shalga. Pasalnya, lelaki itu tidak memberitahu teman-temannya alasan lelaki itu tidak ada di kelas.

"Shalga Anetama?" ulang Bu Dhennis, guru Bahasa Indonesia mereka.

"Sekretaris mana?"

Alista mendengus. Kemudian mengangkat tangannya. Nah kannn. "Saya, Bu."

"Shalga kemana?"

Alista jelas bingung. Ia menoleh kesana-kesini berharap ada yang tahu di mana Shalga. Jika dia bilang Shalga membolos, bisa habis dia oleh Shalga.

"Anu Bu." Alista menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Berharap keajaiban datang.

Hingga tiba-tiba bunyi yang lumayan keras terdengar dari arah pintu. Langsung saja semua menatap terkejut pada satu titik. Sedangkan dengan berpangku tangan, Farsya mendengus dan memutar bola mata malas. Lagi-lagi Shalga berulah. Di tempatnya, Alista menghembuskan napas lega.

"Assalamualaikum ya ukhti, ya akhi," ucap Shalga. Tak lupa cengirannya. Dan tak lupa juga dengan kedua telapak tangan menyatu di depan dada memberi salam.

"Shalga!" sentak Bu Dhennis langsung.
"Kenapa telat?"

Shalga berjalan santai menghampiri Bu Dhennis. Senyumnya masih ada. "Jawab dulu dong Bu. Masa salam saya nggak dijawab?"

Bu Dhennis menarik napas dalam. Harus sabar menghadapi murid seperti Shalga. "Waalaikumussalam. Kenapa telat?"

Shalga semakin mendekat ke Bu Dhennis. Cengiran khas masih terpatri di wajahnya sampai lelaki itu berada tepat di depan guru Bahasa Indonesianya.

Hate Math And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang