03 - Amarah dan Ucapan Terima Kasih

169 38 19
                                    

Happy reading!
Hayoooo udah pada tekan bintang? Kalau belum, tekan dulu yuk!⭐️

~~*****~~

Farsya tersenyum lebar menatap kotak bekal di tangannya. Sampai di sekolah, Farsya sudah mencari-cari di mana Bara berada. Pasalnya dia akan memberikan bekal specialnya itu untuk Bara. Khusus untuk lelaki itu karena dibuat dengan bumbu cinta khas Farsya. Gadis itu memang kadang sebucin itu.

"Dimana sih Baraaa?!" Farsya menghentakkan kakinya. Tas Bara sudah ada di kelasnya sendiri. Namun lelaki itu tidak kelihatan sama sekali dari tadi. Jadi, sejak sampai di sekolah, Farsya sudah berkeliling mencari Bara. Bahkan Farsya belum menaruh tasnya sendiri di kelasnya. Apa Bara sengaja pergi darinya? Nggak mungkin. Pikir Farsya.

Pasrah, Farsya berjalan gontai menuju kelasnya karena bel masuk sebentar lagi akan berbunyi. Farsya kesal. Tak ada Bara di pagi harinya kali ini.

Sampai kelas, Farsya sudah menemukan banyak temannya yang sudah datang. Jelas saja, bel sebentar lagi berbunyi. Lalu diletakkannya bekal tersebut pada mejanya.

Wajah kesalnya menarik perhatian Maya yang baru saja mengeluarkan HP dari saku. Alisnya terangkat seraya bertanya, "Kenapa tu muka?"

"Baraaaaa. Gue sama sekali nggak liat dia. Padahal gue udah buatin bekal buat dia."

"Buat gue aja, ya?" tanya Maya seraya memasang wajah ceria. Namun pelototan Farsya mengurungkan niat Maya untuk menandaskan bekal tersebut.
"Iya-iya seloo!!" seru Maya.

"Eh nanti bilangin ke guru ya kalau gue ke kamar mandi," ujar Farsya seraya menjauhi Maya untuk segera ke kamar mandi. Hanya mengangguk, Maya kemudian membuka HPnya untuk bermain game.

Tepat di pintu, Farsya hampir saja menabrak orang yang tak lain tak bukan adalah Shalga. Lelaki itu kini berdiri di depan Farsya. Mereka saling bertatapan. Shalga dengan cengirannya, dan Farsya dengan tatapan kesalnya. Shalga tahu Farsya masih marah padanya karena setelah peristiwa di kantin kemarin, Farsya sama sekali tidak mau berbicara dengannya.

Detik selanjutnya ketika Farsya melangkah ke kanan, Shalga juga ke kanan. Dan setelahnya mereka sama-sama melangkah ke kiri. Melangkah ke kanan bersamaan lagi, lalu ke kiri juga bersamaan.

Farsya yang jengah, menatap Shalga kesal. Ia berkata, "Gue kanan, lo kiri."

Shalga terkekeh. Bukannya melangkah ke kiri, Shalga malah mundur untuk memberi Farsya ruang yang lebar. "Udahan marahnya dong, Farsya."

Tak menanggapi, Farsya berlalu begitu saja melewati Shalga. Sungguh, ingin sekali Farsya melalui hari di sekolah tanpa Shalga. Mungkin akan menjadi hari yang indah.

Beberapa menit kemudian, Farsya kembali ke kelas. Langkahnya santai menuju bangkunya. Namun matanya melotot ketika mendapati tak ada kotak bekal tadi di tempat semula. Bergeser, matanya melihat Shalga yang tengah menyantap makanan. Dan hal yang membuat Farsya terkejut adalah, yang dimakan Shalga merupakan bekal yang akan ia beri untuk Bara. Jika saja bisa dilihat, di atas kepala Farsya seketika sudah terdapat tanduk merah yang mengepulkan asap. Menandakan bahwa Farsya dalam mode marah. Bagaimana Farsya tidak marah? Dia susah payah membuat bekal itu untuk Bara. Tapi malah Shalga memakannya dan tanpa seizinnya. Maka dengan kemarahan tingkat tinggi, Farsya menghampiri Shalga.

"MAKSUD LO APA!" Tak tanggung-tanggung, Farsya menggebrak meja Shalga hingga beberapa murid menoleh sejenak, lalu kembali melakukan aktivitas masing-masing karena sudah hapal jika sudah begini, mereka akan bertengkar seperti biasa. Tak ada yang heran.

"Uhuk... Uhukkk." Sedangkan Shalga menjadi tersedak hingga batuk-batuk lumayan lama. Apalagi tidak ada air minum di dekatnya. Sungguh rasanya sangat menyiksa. Bahkan matanya sampai berkaca-kaca.

Hate Math And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang