06 - Dinner

26.9K 1K 82
                                    

Jangan lupa vote & comment

"Bibi.."

Zaneta menoleh, raut bingung jelas terpantri diwajah anggunnya meski telah memasuki usia kepala empat.

"Arra ingin pipis, beneran gak tahan lagi ini." Cicitnya, tanpa menunggu persetujuan dari Zaneta. Arra langsung ngicir berlari menuju kamar mandi yang ada di restaurant ini.

Zaneta hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, terkadang ia berpikir mengapa sikap Arra kadang seperti anak-anak dan kadang bisa seperti orang dewasa.

Huh anak itu..

"Dimana Arra?." Tanya Tierra saat melihat Zaneta yang datang sendiri tanpa putri kecil disampingnya.

"Maaf membuat kalian menunggu lama. Arra tadi izin ke toilet dulu." Leon menatap sinis wanita paruh baya itu yang sebentar lagi akan menjadi calon mertuanya.

"I'm sure, she's embarrassed to show her face." Zaneta mendengus sebal, ia memang sudah tahu watak dari putra tunggal keluarga Damero ini.

Tierra menepuk pundak Leon, "Don't talk like that, maybe you will fall in love with her at first sight, son." Dan ditanggapi gedikan acuh dari Leon.

"Be polite, Damero!!" Reymond berkata dengan tegas, ia tak suka bila putranya bersikap tak sopan terlebih lagi didepan calon mertuanya.

Huftt jika Reymond sudah memanggil Leon dengan nama belakangnya, sudah dipastikan bahwa Reymond benar-benar marah. Tak ingin mendapat amukan dari sang papa, Leon segera merogoh ponsel cerdas didalam sakunya.

"Di.." Belum sempat Leon berbicara, Zaneta tiba-tiba berdiri menyambut kehadiran keponakannya yang cantik ini.

Menyadari adanya kehadiran Arra membuat Tierra ikut turun berbicara, "Hello cantik."

Semburat merah muncul di wajah cantik Arra. Ia kadang suka kesal sendiri, setiap ia dipuji seseorang maka pipinya akan memanas dan berubah menjadi warna merah bak warna kepiting rebus.

Leon..
Pria itu terbelalak melihat calon istrinya. Ia tidak menyangka bahwa gadis yang akan menjadi istrinya ini sangatlah rupawan dan bahkan Mireya pun kalah jika dibandingkan dengan Arra.

Tubuh mungil, kulit putih, pipi tirus, hidung mungil dan paling memikat adalah matanya yang beriris biru pekat dan hm.. bibirnya yang merah alami.

Leon tau kok mana yang pakek lipstik untuk memerahkan bibir, dan mana yang memang merah secara alami. Dan gadis yang dihadapannya ini memiliki bibir merah alami.

Tapi ada sesuatu yang kurang dari gadis dihadapannya ini, sudah bisa Leon pastikan bahwa boobs gadis itu segenggam tangannya.

Cukup lama ia memandangi Arra hingga suara bariton ayahnya mengacaukan semuanya, "Selesai memandanginya putraku?."

Leon yang ketahuan memandangi Arra, membuang muka ke sembarang arah. Sungguh sekarang ia benar-benar malu.

"Maybe you will fall in love at first sight." Leon memutar matanya malas, ia enggan membalas ucapan sang mama.

Dilain sisi Arra merasakan degupan yang kuat dari jantungnya. Sungguh ia benar-benar gugup sekarang.

Tapi kalau boleh jujur, pria yang akan dijodohkan dengannya ini benar-benar tampan. Bahkan dapat dikatakan lebih mirip dengan para modeling papan atas.

Arra tahu bahwa sedari tadi pria itu memandanginya, maka dari itu Arra menundukkan kepalanya. Ia meremas gaunnya dan menggigit bibir bawahnya.

"Angkat saja kepalamu sayang, tidak usah malu seperti itu." Kekeh Tierra membuat Reymond dan Zaneta tertawa kecil, terkecuali Leon. Pria itu masih enggan menatap dirinya setelah kepergok tadi. Leon bahkan lebih memilih memainkan ponselnya tanpa menghiraukan lingkungan sekitar.

Sweet MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang