10. Akhir Pekan yang Sibuk.

13 0 0
                                    

09.01 pagi

Sabtu pagi yang cerah menyambut di akhir pekan ini. Gadis manis yang memakai baju berwarna hitam sepanjang sikut dan celana jeans putih yang sobek di bagian lutut itu memakai sneakers putihnya dengan tas serut berwarna putih polkadot hitam di punggungnya.

Willi mengantar adik perempuannya menuju 2 blok di kompleks perumahan tempat mereka tinggal. Tepatnya di Kompleks Diamond blok C nomor 5. Mereka berhenti tepat di depan pagar putih tinggi di blok E nomor 7.

Mendengar ada yang tengah meneriaki namanya dari luar, Rafa keluar dari rumahnya yang besar nan mewah itu. Rafa segera berjalan menuju pagar rumahnya lalu membukanya.

"Sorry, Syakila. Satpam rumah lagi izin pulang kampung jadi gak langsung dibuka pagernya." ucap Rafa sembari membuka pagar rumahnya.

"I'ts okey, Rafa."

*****

Mereka berdua duduk melantai di depan meja rendah kayu di dekat kolam renang dan ayunan dalam taman ruangan rumah Rafa.

"Jadi gini, gue lagi buat ro.." omongan Rafa terpotong karena bunyi telfon berdering.

Ddrrt! Drrt!

Ponselnya berdering di balik tas miliknya. Nomor tak dikenal tertera di layar ponselnya. Ada keraguan untuk menjawab telfon itu. Tapi, Kila memutuskan untuk menjawabnya.

"Halo?" jawabnya sedikit ragu.

"Halo, Kila. Ini gue Calvin. Temen Kevin. Gue dapet nomor lo dari adek gue, Jessy." jelas cowok di sebrang telfon.

"Oh, iya kak. Ada apa nelfon?" tanya Kila.

"Gue mau ajak lo jenguk Kevin di rumahnya. Lo mau gak?" ajak Calvin.

"Boleh aja sih, kak. Emang Kevin kenapa?" tanya Kila.

"Kata bu Ratna, guru bk. Si Kevin demam sama meriang gitu deh. Katanya ditelfon sama maminya Kevin." jelas Calvin di sebrang telfon.

"Oh gitu. Pantes kemaren gak keliatan di sekolah."

"Oh iya, kak. Jenguknya kapan?" tanya Kila.

"Hari ini lo bisa?"

"Emang mau perginya jam berapa?" tanya Kila balik.

"Jam 3 an bisa gak?" ucap Calvin.

"Hhmm.. Bisa aja deh kak... Tapi, gue gak tau rumah Kevin di mana." keluhnya.

"Gimana kalau gue jemput aja?" saran Calvin.

"Boleh aja sih, kak. Jemputnya taman kompleks Diamond, bisa gak? Soalnya itu teman kompleks gue."

"Oh, bisa bisa. Gue tau taman itu. Gue biasa ke sana bareng pacar gue. Dia juga tinggal di kompleks Diamond. Tapi, lo tau kan rupa tampan gue gimana?" ucap Calvin dengan penekanan pada kata 'tampan'.

"Iya tau kok, kak. Waktu itu kan kita pernah ketemu pas PLS." jelas Kila lalu tertawa singkat.

"Yaudah. Sampai ketemu di sana ya, Kila."

Setelah menutup sambuang telfon, Kila cepat cepat menyimpan nomor Calvin di ponselnya. Kalau kalau Calvin menelfonnya lagi.

"Sorry sorry. Lo tadi mau ngomong apa?" tanya Kila saat sudah menutup sambungan telfonnya.

"Gue lagi ngerancang robot mini buat praktek kita. Gue udah catatat alat dan bahannya. Beberapa cara juga. Nanti lo translate ke English ya." jelas Rafa panjang lebar.

"Jadi gue cuma translate doang? Kan gue juga mau ngerancang robot mini kita." protes Kila.

"Hhmm... Lo bantu juga deh... Tapi yang gak ribet aja." saran Rafa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nothing ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang