©Dinylicious
Aku duduk di sudut cafe membaca novel yang sekarang booming, judulnya My Beloved Wife. Kata Ellie novel ini recomended untuk dibaca saat hujan, seperti sekarang ini.
Waktu terasa berjalan lebih cepat dari biasanya. Kuletakkan novelku ke atas meja dan memandangi bunga mawar tanpa nama yang kemarin diantar lagi ke cafe.
Hendery sempat mengatakan bahwa dia alergi bunga mawar, jadi tidak mungkin laki-laki itu yang membawa mawar ini kesini. Tidak ada apapun yang istimewa diantara kami. Dia sama saja seperti yang lainnya, dia tertawa keras saat kita bercanda, dia juga bersendawa saat makan di depanku.
Kulihat jam di dinding sebelahku, jarumnya menunjuk ke angka 4. Saatnya pulang tapi Renjun belum juga menampakkan wajahnya di depan cafe, mungkin dia tertidur.
"Kok buru-buru ce." Kata salah satu pramusaji yang sibuk membereskan meja.
"Hm, aku nunggu Renjun di luar aja." jawabku sebelum beranjak keluar.
Hujan yang semakin deras membuatku teringat sesuatu. Kalian pasti tau apa yang sedang kufikirkan.
Satu kenyataan yang saat ini ku pahami adalah, ternyata hujan bisa menghapus sekaligus menghadirkan air mata lagi.
Terlihat seseorang berlari dari penyeberangan di dekat pedestrian, tangannya berada diatas untuk melindungi kepalanya. Derasnya hujan membuat wajahnya tidak terlihat. Sejenak aku menunduk menatap sepatuku yang hampir basah, aku mundur satu langkah untuk menghindari percikkan air.
"Lian."
Aku menoleh pada laki-laki yang entah sejak kapan sudah berteduh di sampingku.
"S-sicheng?"
"Sial, hujan lagi." Gerutunya sambil menepuk-nepuk jaket yang basah.
Ada yang salah dengan dirinya, dulu laki-laki ini sangat menyukai hujan, dia menyukai aroma tanah saat hujan, dia menyukai angin yang berhembus saat hujan. Mungkin kali ini aroma dan angin yang berhembus sedikit berbeda.
"Sendirian?" Tanyanya.
"Hm." Anggukku.
Langit semakin gelap, diantara kami hanya terdengar suara air jatuh. Winwin terdiam beberapa saat, suhu yang semakin menggigit membuatnya sedikit menggigil. Jaketnya basah.
Aku memeluk tasku untuk menghangatkan diri. Dia melepas jaketnya lalu menyeka air yang menetes di pelipisnya.
"Lian."
"Iya?"
Dia terdiam lagi, entah kenapa suasana diantara kami menjadi awkward. Maksudku kenapa juga dia harus canggung, bahkan berbicara dengannya harus se-formal ini.
"Ada yang bilang ketika kita bertemu dengan orang lain sebanyak tiga kali, itu tandanya takdir."
"Hah?"
Satu kenyataan yang tidak perlu kamu ketahui, seharusnya aku bukan orang lain bagimu Win, kita pernah bertemu sebelum ini, kita pernah saling kenal bahkan kita pernah menjalin hubungan.
Ah, tolong sadarkan aku untuk tidak mengingatnya lagi.
"Apalagi disaat hujan." Imbuhnya.
"Memangnya kenapa dengan hujan?"
"Entahlah, aku seperti pernah bermimpi berada di bawah hujan bersama seorang gadis."
"Yiyang ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
Teen Fiction[Tentang dia, seseorang yang kutemukan di tengah hujan] An au~ Since 18/03/2019 ©Dinylicious