11

200 32 63
                                    

©Dinylicious



Sudah seminggu sejak kejadian sore itu, Winwin tidak juga muncul di hadapanku. Maksudku, yeah bagus sih, hanya saja aku merasa sedikit rindu.

Semalaman aku menyiapkan slide materi untuk seminar kewirausahaan karna hari ini aku harus menghadiri acara itu di salah satu organisasi yang diketuai ibu-ibu muda.

"Udah siap?" Tanya Kun di depan mobilnya.

"Kun, bukannya hari ini kamu ada jadwal pemotretan?"

"Iya jam 3 sore, masih ada waktu 1 jam lebih 27 menit setelah selesai seminar kok, hehehe" Kun membukakan pintu untukku.

"Aku ngga bisa jamin acaranya bisa selesai tepat waktu ya." Tukasku sebelum dia menutup pintu mobil.

"Ok, aku bisa nunda jadwal kapanpun."

"Ah..." jawabku singkat, jangan lupa siapa laki-laki satu ini.

"Kamu ngga bisa dibiarin kemana-mana sendiri Lian."

"Bahkan ke seminar?"

"Hehehe." Tawa Kun lirih "Nggak lupa kan sama yang kemarin aku bilang?"

"Tidur sebelum jam 10 malam, makan 3 kali sehari?" Jawabku sambil tertawa.

"Pinter banget."

Kami tertawa bersama, Kun melajukan mobilnya menuju tempat seminar. Udara pagi ini cukup dingin ternyata, aku menggosokan telapak tangan untuk menghangatkan lalu menempelkannya ke pipi.


"Chenle kemana? Jarang banget main ke rumah."

"Dia sibuk les, katanya pengen kuliah di Jerman."

Aku mengangguk-angguk, menyadari fakta bahwa adikku Renjun tidak seperti Chenle. Dia sibuk melukis dan bermain game. Dia hampir seperti Win–

Ah nggak-nggak, stop Lian, no, not now, calm your ass down. Winwin tidak ada di dunia ini, dia Sicheng bukan Winwin.


"Aku penasaran laki-laki mana yang tega sakitin kamu."

"Hah?"

"Kamu bukan penjual keong kan?"

"Kun!" aku tertawa. "Kenapa tiba-tiba penasaran?"

"Sorry, tadinya aku ngga pengen ikut campur urusan kamu tapi, um...aku ngga rela ada yang bikin kamu nangis."

Dia mulai lagi, baiklah Kun dan semua trik magic-nya mampu membuat gadis normal di dunia ini meleleh, tapi sayangnya aku bukan gadis normal.

"Um, ngga papa kan kalo tiba-tiba aku peduli sama masa lalu kamu?" Imbuh Kun.

"Hm." Aku mengangguk. "Do it now, it's harder Kun."

Dia terdiam cukup lama, entah melamunkan apa. Aku takut jawabanku justru membuatnya tersinggung.


Saat ini lalu lintas sedikit padat, kulirik jam tanganku sebentar membuatku terhenyak, 15 menit lagi seminar akan dimulai.

"Damn!" Umpat Kun kesal melihat kemacetan di depan kami. "Tumben macet."

"Seingatku nggak ada perbaikan jalan akhir-akhir ini."

Kun menurunkan kaca dan menanyakan penyebab kemacetan pada salah satu polisi. Ternyata ada kecelakaan ringan.

5 menit kemudian semua kembali normal, Kun menaikkan kecepatan hingga 90 km/jam.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang