13

281 30 19
                                    

©Dinylicious



Rumahku sepi. Seperti biasanya, Renjun hanya mengurung diri di kamar.

Sepulang dari fashion week, aku mengantar Ell untuk membeli bros dan beberapa payet, lalu menghabiskan sore di drive thru restoran cepat saji. Ell memutuskan untuk tidak mampir ke rumahku karna katanya dia terlalu lelah, dan besok pagi harus lembur di kantor tempatnya bekerja.

Aku juga lelah by the way, lelah menikmati hidupku yang berantakan. Saat ini aku berencana untuk memikirkan Kun saja. Ya, hanya dia yang boleh ku fikirkan. Karna tanpa kusadari, semakin terjatuh pada Winwin lagi semakin dalam aku menyakiti Kun.

Begitu sampai di kamar, mataku tidak sanggup lagi menahan kantuk. Kurebahkan tubuhku ke kasur dan merasakan dinginnya malam ini.

Saat menutup mata, di kepalaku justru tergambar bayangan Winwin yang memelukku tadi siang. Tapi kenapa pedih sekali? Kenapa setiap kali mengingatnya aku merasa sakit yang luar biasa? Aku ingin membencinya saja.

Tapi bagaimana caranya?

Kupukul keningku dengan handphone sampai terasa pusing.

Tiba-tiba benda di tanganku bergetar ada beberapa pesan masuk, salah satunya dari Kun. Aku membukanya untuk yang pertama kali.


Kun

Online


I want to reveal a secret 21.32


What? 21.35


Sehari ga ketemu kangen juga ya 21.35


Let's meet up 21.36


Ah, wait 21.37

Read


Biasanya setelah ini Kun menelfon hanya untuk mengucapkan selamat tidur. Dia bukan tipe laki-laki yang suka ribut sebenarnya, dia tidak menelfonku lagi ketika aku tidak mengangkatnya. Yeah, dia tau aku suka ketiduran di jam-jam seperti ini.


***************


Selesai mandi, ku henyakkan diri sebentar di sofa dan membuka beberapa chat yang belum sempat kubaca, salah satunya dari Renjun yang minta dibelikan kinderjoy sebelum aku sampai di rumah.

Satu hal yang baru kusadari, rupanya Kun belum menelfon juga.

Ah, jangan-jangan aku rindu dia. Saat ini aku hanya men-scroll beberapa chat yang menurutku tidak penting amat sambil memikirkan kejadian tadi siang yang benar-benar membuatku shock.

Kugelengkan kepala sambil memejamkan mata untuk mengusir fikiran yang tidak-tidak. Aku benar-benar harus menyibukkan diri supaya fikiranku tidak berkeliaran kemana-mana.


Beberapa menit kemudian handphoneku berbunyi, tanpa menunggu lagi langsung kuangkat panggilan itu. Aku rindu suara Kun.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang