"Ini lebih dari sekedar gila, karena keinginan jauh lebih membuncah daripada resiko yang terpampang nyata."
-Rachel-
..
.
.
.Kilatan lampu kamera terus menyoroti sebuah rumah yang bertengger megah, dimana dua orang tengah bergandeng mesra baru saja keluar dari pintu utama.
Senyum nya mengembang, bercampur dengan rona memerah malu yang dibuat-buat. Bibirnya tak henti-hentinya mengeluarkan sepatah kata entah apa, dengan di akhiri tawa garing yang renyah.
Meski desakan demi desakan pertanyaan yang sama terus berkumandang, hal itu tidak mematahkan semangat orang yang di sorot untuk menghentikan aksinya.
Kliiikk
Layar TV menjadi gelap seketika.
"Jangan pernah mencari tahu sesuatu yang membuat hati lo patah. Percuma. Karena meski lo menangis sejadi-jadinya, hal itu tidak akan membalikkan fakta yang telah terpampang nyata."
Heksa berucap setelah mematikan TV yang memampang berita artis. Mata nya menyorot tajam pada seseorang yang tengah duduk di sofa hadapan TV dengan merunduk, sesaat setelah berita tersebut di jabarkan.
"Kamu kapan datang?" tanyanya yang kini mengadah, menatap Heksa dengan sendu dan sembab meski senyuman tercetak.
"Barang titipan lo," ujar Heksa mengabaikan pertanyaan seraya menyodorkan tas plastik.
Dia mengangguk, "Taruh di meja aja,"
Heksa bergumam, meletakkan barang sesuai perintah. Lalu ia duduk di kursi samping kanannya
"Sa, boleh aku tanya?" tanya seseorang tadi.
"Alister jadian sama Viola. Kalau itu yang mau lo tanyakan," jawab Heksa pada akhirnya, meski orang di sampingnya belum mengutarakan pertanyaan inti.
"Jadi berita itu bukan settingan?" tanyanya lagi.
Heksa mengedikkan bahu,
"Kenapa?""Gapapa," lirihnya yang tertunduk seraya mengusap air mata yang jatuh.
"Oh iya, kenapa kamu datang kesini? Bukannya hari ini ada jadwal syuting?" tanyanya yang kini mendongak pada Heksa seraya tersenyum.
"Kebetulan lewat. Kenapa?" tanya balik Heksa.
"Gapapa."
"Bisa gak, kalau gue tanya itu jawabannya jangan gapapa terus?"
"Ya, aku emang gapapa Heksa."
"Mulut lo emang gapapa. Tapi hati lo patah. Bener?"
"Oh iya, mau minum apa? Aku ambilin ya," ujarnya lagi, yang kini mengalihkan perdebatan, langsung beranjak dan melangkah ke dapur.
"Rain," panggil Heksa dengan mencekal pergelangan tangannya, menghentikan langkah orang tersebut disaat akan melewatinya. Raina.
"Lo takut?"
Raina mengadah lalu menggeleng lemah.
"Kalau gitu, kenapa lo harus nangisin dia?" tanya Heksa yang kini mengusap buliran air mata di pipi Raina.
Raina berupaya tersenyum, "Aku nangis karena bahagia kok," ujarnya.
Heksa mengernyit, lalu Raina semakin melebarkan senyum walau mata nya tak bisa berbohong.
"Maaf," lirih Heksa
"Kamu gak salah. Perasaan aku yang salah. Selama lo masih berdiri di belakang aku dan bertanggung jawab penuh atas semuanya. Aku masih bisa menunggu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love by Scandal
Teen FictionJudul awal Ice Prince Vs Princess Devil Ini tentang Alister yang membenci dunianya. Dunia palsu yang seakan telah merenggut masa remajanya dan seorang badgirl yang bersedia mengusik kehidupannya. *** "Lo public figure, tapi lo gak suka di usik oleh...