03. Kesalahan ke dua (Revisi)

890 46 1
                                    

"Karena bagi gue, sensasi hanya berlaku untuk para artis. Jadi, gimana? Apa lo bersedia membuat sensasi bareng gue?"
-Rachel-
.
.

"Gak biasanya lo demen bacot sama cewek Al. Kenapa? Lo butuh haluan lagi?" tanya Vero pada Alister.

"Bukan cuman haluan, tapi korban baru Ver. Makhlum, sudah lama pensiun." jawab Heksa di akhiri tawa pecah dengan Vero dan Galih.

"Anjir. Lo memang selalu gak salah pilih kalau masalah cewek Al. Salut gue," sambung Galih seraya menepuk bangga pundak Alister.

"Bagi tips dong, gimana cara naklukin cewek sejenis dia. Mayan lah buat malam minggu," lanjut Galih mengedipkan mata genit.

Padahal, orang yang di ajak bicara tidak merespon apapun. Memainkan pulpen dengan pandangan kosong, itulah yang di lakukan Alister sejak ketiga temannya heboh sendiri.

Untung saja Bu Rina selaku guru Kimia di pelajaran pertama belum datang, jadi seluruh pasukan kelas XI Ipa 2 melakukan pertapaan masing-masing. Termasuk mereka, yang berpindah ngerumpi di meja Alister usai kejadian koridor.

Lagipula Alister dan Heksa sedang menunggu panggilan untuk ulangan susulan, daripada harus bergelut di ruang guru mending ia menyatu dengan kedua temannya di kelas.

"Sok-sok an mau nyari cewek seperti dia, naklukin Cintya aja lo gelagap." protes Heksa.

Galih berdecak. "Cintya mah, kadar jual mahal nya tinggi. Kalau cewek sejenis tadi pasti sekali kedip langsung lengket,"

"Gak usah ke PD an. Paling-paling yang lengket sama lo mbak Cici,"

"Sembarangan." Galih melotot. Mengepalkan tangan dan mematuk-matukkan ke kepala-meja berulang kali. "Amit-amit gue di lengketin mbak Cici, mandi kembang 15 rupa seketika gue."

Tawa Heksa dan Vero pecah melihat wajah Galih yang bergidik ngeri. Mbak Cici, adalah asisten kantin sekolah di warung bu Jum. Seorang cewek jadi-jadian berumur 30'an dengan gaya elok yang khas, hobi nya suka mengganggu cowok bermata minimalis. Dan Galih adalah salah satu incarannya.

"Eh btw nih, apa cuman gue yang baru tahu ada cewek se jenis itu di sekolah? Gue kira cuman ada Bianca, tau-tau ada yang lebih brutal." ujar Vero.

"Dia murid baru, pindahan dari SMA Bina Bangsa dan SMA Tri Sakti."

Ujaran Heksa membuat keduanya melotot bingung, bahkan Alister juga ikut tertarik meski hanya melirik sekilas.

"Maksud lo?!" kompak keduanya, yang mampu membuat sebagian murid menoleh ke tempat mereka.

Heksa mendengus kesal. Laki boleh, tapi mulut mereka berdua sudah bagaikan emak-emak pasar kalau ngerumpi.

"Dia di D.O," jawabnya.

"Sebanyak itu?! Cewek. Gila amat," ujar Vero menggeleng kepala tak percaya.

"Kalau gue jadi dia, mungkin sudah di hapus dari kartu keluarga emak." ujar Galih.

"Memangnya dia bikin masalah apa?" tanyanya pada Heksa.

Senyumnya mengembang, menyungging tepatnya. Diliriknya Alister yang kebetulan tertangkap basah juga tengah menatapnya, dengan aura dingin.

"Ngerokok. Mabuk. Bolos dan Player."

"WHAT?!"
"Lo kalau ngomong bismillah dulu Sa,"
"Astagfirullah. Gak baik se-udzon,"
"Lo tarik balik ucapan lo setan!"

Vero dan Galih saling melemparkan tautan. Terlalu syok dengan kata terakhir Heksa yang benar-benar di luar fikiran mereka. Player.

Yang benar saja, dia masih anak sekolah dan jika memang benar, pihak sekolah tidak akan membiarkan dia masuk ke sini.

Love by ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang