04. Rachel Life (Revisi)

830 42 13
                                    

Warning!
Terdapat banyak umpatan gila.

"Seperti mendapatkan oase di tengah gurun pasir. Maka seperti itulah gejolak yang aku rasakan disaat berhadapan denganmu."
-Rachel-
.
.
.

"Gue gak butuh lo, gue butuh papa. Jadi, ngapain sih lo nabur bubuk cabe di apartement gue?" Rachel berucap setengah berteriak.

Sorot matanya menajam sengit pada sosok perempuan yang tengah sibuk berkutat pada dapurnya. Sehingga membuat tidur siang nya terganggu.

"Seharusnya kamu ganti pakaian, mandi lalu tidur. Jangan suka tidur dengan seragam sekolah, banyak kuman." ujar perempuan itu di sela-sela menata makanan dalam piring.

"Gak usah sok peduli lo. Lo ngomong gitu karena iri kan? Mangkanya, jadi cewek gak usah kegatelan gangguin om-om,"

Mengabaikan ucapan Rachel. Perempuan itu tersenyum dan berjalan menghampiri anak gadis yang tengah duduk di meja makan.

Meletakkan nasi goreng dan ikut duduk di kursi.

"Di makan Chel,"

"Gue kenyang." ketus Rachel, menatap tanpa minat nasi goreng di depannya.

Jika boleh jujur, sebenarnya Rachel lapar akibat berseteru dengan bu Sri dan Alister. Apalagi tragedi di UKS yang membuat uratnya bisa saja putus.

Alister. Artis papan triplek yang berhasil membuat Rachel bungkam. Ya, gimana gak bungkam jika selesai menawarkan sebuah project scandal, Alister malah menyumpal mulutnya dengan perban.

Setelah mencarinya diseluruh penjuru ruangan, Alister malah sudah terpampang live di layar TV bersama Belalang Cangcorang. Sungguh hal menyebalkan.

Pasti dia menggunakan ilmu telepati untuk segera sampai di lokasi.

"Jadi, masalah apa yang kamu buat hari ini?" tanyanya.

"Kepo amat sih hidup lo,"

"Rachel, bunda seperti ini karena perhatian sama kehidupan sekolah kamu. Bunda tidak mau kamu jadi anak yang tid__"

"Duh, gak usah sok-sok an ngucapin bunda deh. Gue gak sudi punya bunda yang seumuran," potong Rachel menatap gerah orang di samping ini.

Benar. Dia adalah Rosalina. Istri dari sang papa dan tentunya bukan Bunda Rachel. Siapa juga yang mau menganggap dia seorang ibu jika umurnya saja hanya berseling 3 tahun di atasnya.

"Rachel, bunda tahu kamu masih belum menerima semuanya. Tapi, bunda akan berusaha menjadi ibu yang baik untuk kamu." ucap Rosa berusaha meraih tangan Rachel.

Tapi Rachel beburu menepis, berdiri dari kursi dan menunjuk tangan ke arah pintu.

"Pintu apart gue masih ada. Mending lo pergi dari sini deh, sebelum gue usir dengan cara kasar." ujar Rachel.

"Bunda akan pergi tapi setelah kamu menghabiskan makanan. Ini perintah papa, Rachel." jawab Rosa.

Rachel berdecak. "Mau sampai berapa kali sih gue bilang. Gue kenyang dan gue gak minat. Kalaupun memang papa yang nyuruh, seharusnya dia sendiri yang kesini bukan malah lo."

"Lagian yang gue butuhin itu orang tua bukan teman bertengkar untuk adu mulut,"

"Rachel, saya ini orang tua kamu bukan teman kamu." ujar Rosa, masih sabar menghadapi Rachel.

"Mimpi lo terlalu tinggi. Gue gak mau nambah temen atau saudara untuk bacot ya, gue cuman butuh lo lenyap dari muka bumi."

Rachel benar-benar lelah dan kesal. Sudah cukup seharian mulutnya berkobar-kobar, lalu ditambah dengan hadir nya Rosalina di tengah semuanya. Mulut Rachel bisa berbusa jadinya.

Love by ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang