☄°•°○
"Gabut..." cicit Yeji, "Main yok!"
Teler yang tadinya asik sendiri ㅡmakan gorengan kantinㅡ sontak menoleh ke sumber suara alias Hwang Yeji.
Seoyeon menanggapi, "Main apaan? Gue gak bawa stacko."
Dari mejanya, Lia menyahut senyaring mungkin. "Mafia Game aja, yuk!" ajaknya yang langsung disahuti setuju oleh para Teler. Kecuali Heejin.
Heejin menggeleng pelan di bangkunya. Dia masih ketakutan sebab tadi malam membaca sebuah cerita yang mengisahkan pembunuhan karena main Mafia Game.
"Nggak, ah. Gue masih kebayang si Sachio mati," kata Heejin mengundang pelototan dari Chio. "Apaan? Kok gue dibawa-bawa mati, sih?"
Dari jauh gelak tawa seorang Kia menggelegar. Ia melempar sebuah permen milkita ke arah Heejin. "Ya ilah itu cerita fiksi doang, Jin!" katanya.
"Ah, elo mah!" pekik Heejin, "Sadis bener lo bikin si Sachio mati dibunuh. Ditusuk-tusuk ngono, merinding gue. Belum lagi itu gue bacanya pas tengah malem anjir."
"Jadi intinya Heejin ikut main ngga?" tanya Siyeon menengahi. Dengan berat hati Heejin mengangguk.
Meski ia ketakutan, permainan ini lebih seru ketimbang rasa takutnya.
Sembilan member Teler duduk melingkar di lantai, sementara itu Lia yang menjadi naratornya. Lia sibuk komat-kamit membagikan peran dan membaca kisahnya.
"Sekali lagi maaf untuk saudari Arum karena anda telah terbunuh semalam," ucap Lia membuat Arum agak kecewa.
Arum menepi, "Baru aja mulai udah kebunuh aja..."
"Oke, udah malem nih. Tidur lagi."
Tok... tok... tok!
Lia menjeda narasinya, menatap objek yang muncul dari balik pintu kelas.
"Junkyu mana?" tanyanya. Lia mengedarkan netranya mencari sosok Junkyu. Rupanya koala raksasa itu sedang tidur di bangkunya.