☄°•°○
Setelah menunda semua pekerjaan, Teler hanya bisa duduk melingkar di atas pendopo kayu yang tadinya mau dibuat tempat untuk makan. Daging-daging yang ada di mesin grill masih setengah matang, belum benar-benar matang. Cuma ada piring yang sudah bersih tapi harus disingkirkan lagi ke sudut pendopo.
Suasana masih hening, tidak ada yang bicara. Jelas. Mereka semua syok atas berita itu.
Meski beberapa dari mereka ada yang bukan Aykonik, tapi mereka merasakan kesedihan yang sama.
Dan semuanya berusaha menguatkan satu sama lain.
Contohnya Chio, yang notabenenya EksohEl ㅡfans Band Eksoh alumni sekolah sebelahㅡ ikut merasakan kesedihan bersama kawan-kawannya. Dia juga berulang kali menguatkan Seoyeon yang masih menangis dalam diam.
Kia juga begitu. Dia duduk di sudut pendopo sambil menonton video-video Hanbin sebelum terkenal sekarang di Band Aikon. Lalu tidak lama ia menangis sendiri, tanpa suara.
"Assalamualaikum..."
Sebelas kepala lantas menoleh ke bibir halaman belakang, menatap kedatangan Jiheon bersama sosok pemuda berbadan tegap di belakangnya. Seoyeon dan Kia langsung berhenti menangis, beralih menahan tangisannya susah payah.
Ya. Itu Hanbin. Jiheon benar-benar datang bersama Hanbin.
Namun, Hanbin yang biasanya slengean tiap manggung kini digantikan Hanbin dengan wajah sembab habis nangis tapi masih doyan cengengesan.
"Kak Hanbin... duduk, Kak. Mangga mangga..." kata Yeji sambil menggeser duduknya agar Hanbin bisa duduk di pendopo juga.
Begitu ikut duduk dengan kawan-kawan adik sepupunya, Hanbin kembali diam dengan cengengesan di wajahnya. "Loh kok diem-dieman? Berantem, nih? Atau grogi ketemu gue?" tanya Hanbin pede.
"Kak," celetuk Aisha, "Kita sama-sama lagi sedih. Lo gak harus nutupin itu pake acara cengengesan. Ikut nangis aja bareng Seoyeon sama Kia."
"Hahaha, sedih apanya, sih?" tanya Hanbin mengelak.
"Lo keluar dari Aikon. Gak usah ditutupin, Kak."