Prolog

42 5 3
                                    

Untuk kesempatan kesekian kalinya, aku mencoba menyerah pada apa yang ditakdirkan untukku.

Namun, jiwa ini begitu pecundang dengan masih memprioritaskan ketakutan dari apa-apa yang belum tentu kejadiannya.

Seorang gadis usia remaja, tampak menutup sebuah buku setelah ia selesai menuliskan sesuatu didalamnya.

Tampak kepayahan yang begitu kentara dari raut wajahnya.

Kantung mata yang menghitam, ternyata masih terlihat walau disembunyikan dengan epiknya dibalik bedak.

Hembusan angin sebagai pengantar senja.. kala itu, begitu menyejukkan.

Namun, berkebalikan dengan perasaan seorang gadis yang kini tengah mengistirahatkan raga nya dengan tangan sebagai bantalan dan posisi wajah menghadap keatas. Menikmati rona jingga sang mega.

"Langit.. nampaknya harimu selalu bahagia. Terlihat dari beragam warna yang menghiasimu".

Terdengar helaan nafas setelah ia menyelesaikan kalimatnya.

"Sepertinya.. Aku iri denganmu. Tapi... bukankah kita harus menerima apapun yang diberi Tuhan untuk kita?".

___________________

Cerita baru dengan semangat baru

...

Next?

Jangan lupa vomment
😊

Senandika Angkara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang