BAB 4 ( babak #pertama )

10 3 0
                                    

©
☘▫▪☘▫▪☘▫▪☘▫▪☘▫▪☘▫▪☘▫▪☘▫▪☘▫▪☘▫▪☘▫▪

Welcome...

Tiba juga di Kota orang untuk mengadu peruntungan. Petualangan akan dimulai dari sini. Dimana ego akan lebih teruji.

Melangkahlah. Jangan berputar arah!

Menengok sesekali tak masalah. Tapi jangan lagi, kembali hanya untuk menekuri keterpurukan.

Kulangkahkan kaki menuju pintu keluar dari Stasiun Malang. Sesekali mengecek gawai, menunggu notifikasi pesan.

Sebagai perantau yang baru pertama kalinya menginjak suatu tempat, memang akan dibingungkan dengan caranya sampai ke tujuan. Namun, sekarang IPTEK telah maju. Zaman semakin canggih tanpa khawatir akan kerepotan.

Ting..

Suara notifikasi menandakan ada pesan masuk. Kuusap layar gawai untuk membuka kunci. Kubaca se-baris pesan yang tertera disana.

Sudah sampai mana, Nde?

Kuketikkan balasan, memberitahu bahwa aku telah tiba ditujuanku dan menyuruhnya untuk tidak menjemputku.

Ini sudah di Stasiun mbak,, nggak usah dijemput. Aku mau jalan-jalan dulu soalnya, menikmati senja.

Kalau nyasar gimana? Kamu kan baru pertama kalinya kesini.

Nggak akan. Nanti tinggal pesan ojek online saja.

Hati-hati. Pulangnya jangan kemalaman.

Iya mbak. Nanti aku pulang sebelum buka puasa.

Iya. Selamat jalan-jalan😘.

Iya.

Menyusuri jalanan mengikuti kemana pun kaki melangkah, tanpa tahu harus kemana mengarah.

Sampai lah aku disini, ditempat yang tidak aku ketahui. Tapi aku tahu ini adalah Taman. Namun, untuk spesifik namanya aku tidak tahu sama sekali. Dari sini senja terlihat begitu berbeda. Mungkin dipengaruhi oleh suasana yang berbeda pula.

Senja disini tampak lebih ceria, berbeda dengan daerah ku yang diliputi duka. Lebih tepatnya, hanya aku yang merasa begitu.
Dulu, aku tak perlu khawatir akan kebahagiaan. Sekarang, bahagia yang ku perjuangkan telah kembali dalam naungan-- ucap ku dalam hati.

Kuistirahatkan raga ku diatas bentangan rumput hijau, dibawah pohon rindang agar tidak terlalu silau. Kuambil buku diary dari dalam tas dan menuliskan sesuatu yang terangkum bersama kisah-kisah yang telah berlalu.

Setelahnya, merebahkan diri dan menjadikan lengan sebagai bantalnya. Sungguh,, iri ini terarah padamu langit. Kendati senja hanya sementara, tapi segala rona kebahagian seperti tersuguhkan didalamnya.

----- ✍️ -----

Sepertinya sudah terlalu lama aku menghabiskan waktu disini.
Aku harus kembali sebelum adzan maghrib berkumandang.

Ku pesan ojek online lewat gawai ku dan menunggunya menjemput ku. Tiba-tiba langit menjatuhkan rinai nya. Ah.. lihat kan Cinde, bahkan langit yang kau sangka selalu ceria pun bisa menumpahkan airnya. Kau seharusnya tak perlu iri pada siapa atau apapun di bumi ini. Setiap mereka pasti mengalami kisahnya sendiri. Sudah seharusnya kau ikhlas menerima kehendak-Nya-- ucap ku pada diri sendiri.

Senandika Angkara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang