Luka June -8-

412 45 5
                                    

"June-yah"

Aku menepuk bahu kanan June. June hanya menoleh singkat sebelum mematikan mesin motornya, ya karena kurasa kita memang sampai di tujuan.

Tapi, kenapa dia membawaku kerumahnya?

"Kita ngapain kesini?"

"Turun dulu"

"Tapi June--"

June mengangkat tubuhku turun dari motor besarnya dengan begitu mudah. Aku masih terlalu bingung untuk protes tanganya menempel dikedua pinggangku tadi.

"Aku akan memperkenalkanmu pada seseorang" tak peduli ocehanku June menyeretku masuk kedalam rumah besarnya itu begitu saja.

"Jangan gugup" kata June "tenang saja. Tidak ada siapapun disini. Mereka pulang sedikit larut"

Aku memandang sekeliling, mereka yang dimaksu June sudah pasti kedua orang tuanya. Memang tidak terlihat ada siapapun kecuali kita berdua, hal itu membuat tiap ruang yang kulewati terasa semakin besar.

"Justru itu yang membuatku tidak tenang. Siapa yang tahu isi didalam kepalamu" balasku dan membuat June terkekeh pelan.

"Ada lebih dari 10 pekerja rumah disini. Apa aku terlihat seperti ingin berbuat sesuatu kepadamu?"

"Well, Tanyakan itu pada dirimu sendiri"

Anehnya, aku terus melangkah patuh mengekori June berjalan menyusuri sepanjang garis rumahnya, matanya mencari sesuatu yang aku sekali lagi tidak tahu.

"Omong-omong June-yah, apa tidak apa-apa?"

"Apanya?"

"Pacarmu tadi. Kau meninggalkannya begitu saja. Dia terlihat sangat marah"

"Biarkan saja. Omong-omong, dia bukan pacarku"

Alisku bertaut, tapi aku tak ambil pusing. Hanya saja ada sedikit goresan dipunggung tanganku karena gadis itu saat berusaha memaksaku turun dari motor June.

"Murid baru"

"Bisakah kau berhenti memanggilku murid baru?! Aku punya nama! Chaeyoung--Park Chaeyoung"

"Oke, apapun itu. Tunggu disini sebentar" June menyeretku lebih mendekat kearahnya

"Bibi Kim.. Dimana noona?" saat berhenti didepan pantry dapur, bertanya pada wanita paruh bayah dibelakangnya.

Wanita paruh bayah yang dipanggilnya bibi Kim itu memandangiku dari atas hingga kebawah, lalu tersenyum ketika aku membungkuk menyapanya.

Mau tak mau, aku menahan kesalku lagi, dalam perjanjian ini pihak Junelah yang memiliki banyak pengaruh. Aku tidak bisa membuatnya urung bahkan disaat kita belum 5% memulainya dengan mencari masalah baru bertengkar denganya, murid baru atau apapun itu, selama dia masih memanggilku dengan istilah yang dipakai oleh manusia. It's fine.

"Dibelakang, teman perempuan? Tumben sekali" jawab bibi itu ramah kepada June.

"Kenapa? Bibi kecewa karena bukan Eunwoo"

Aku mendengar bibi Kim terkekeh walau June tak menghiraukan, membawaku melesat pergi lebih kedalam, aku masih dengan setia mengekori sampai punggungnya berhenti diperbatasan pintu belakang penghubung rumah dengan taman luas dibelakang rumah.

Yah, rumah June sangat cantik, hanya dipedesaan orang akan memiliki lahan penuh dan cantik dibelakang rumah seperti ini.

Tapi tunggu sebentar, lupakan tentang rumah. Seorang gadis cantik terlihat duduk seorang diri dikelilingi 3 kelinci putih berlarian mengitari kakinya. Rambut tergerai tak terlalu panjangnya terlihat familiar, gadis itu menelungkupkan kepalanya diatas lutut sembari mengamati para kelincinya berlarian dengan riang.

'' JUNE ''Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang