Medan Tempur -2-

741 61 9
                                    

Pak guru bilang rok ku terlalu pendek, aku berjalan sembari mengamati.

Aku terkena masalah dihari kedua kepindahanku, perkara rok.

"Tidak apa-apa, aku akan naik bis" kataku.

Kudengar desahan bersalah Mama disebrang sana.

"Maaf, Mama benar-benar sibuk sayang"

"Chaeyoung bukan anak kecil lagi Ma, sebentar lagi juga sampai halte"

Aku berbohong, didepan yang kulihat hanyalah lorong berkelok-kelok desa dibelakang sekolahku.

Aku berbohong, didepan yang kulihat hanyalah lorong berkelok-kelok desa dibelakang sekolahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak tahu bagaimana bisa sampai kesini. Sekolahku tidak terletak dipusat Seoul yang terkenal akan kompleks perumahan mewah ataupun diantara gedung-gedung perusahaan apartemen bertingkat lainya.

Kami pindah dipedesaan Seoul, Sedikit terisolasi dari keramaian pusat kota.

Sepi, angin berhembus dengan tenang, suasana sangat nyaman jadi aku tidak mempermasalahkan. Ponselku canggih, dan aku punya otak pintar. Aku tidak takut tersesat.

"Mama akan segera pulang setelah rapat selesai. Tunggu Mama dirumah, kita makan bersama"

"Eum, sampai jumpa dirumah"

"Sampai jumpa, aku mencintaimu sayang"

"Chaeyoung juga"

Panggilan diakhiri.

"Selamat sore"

Aku membungkuk menyapa seorang nenek tengah menyapu halaman rumah yang kulewati.

"Cantik, jangan berjalan sendirian didaerah sini" katanya.

Aku mengangguk dengan senyumku. Dejavu, Lisa juga melarangku tadi.

"Jangan lewat rute belakang sekolah"

"Kenapa?"

"Itu medan tempur anak sebelah"

Aku tak sempat bertanya lebih lanjut, gadis itu melenggang pergi menyusul Donghyuk, temannya. Teman yang tidak terlihat seperti teman.

Pukul 5 Sore, sebentar lagi gelap. Sistem pendidikan di Korea seperti tangan mencekik leher.

Hari ini tidak ada jam tambahan, jika ada, aku akan pulang jam 10 malam.

Sungguh luar biasa, tidak heran angka bunuh diri pelajar Korea Selatan tidak menyusut dari tahun ketahun.

"YA!"

Aku mengingat jelas suara itu.

"Lari!!!!"

Aku tak akan pernah lupa tangan besar itu menarik tanganku.

Aku tidak menolak dibawa lari olehnya hari itu. Kedua mataku lebih dulu membulat terkejut, segerombol anak laki-laki berseragam berbeda denganku berlari buas tepat 50 meter dibelakangku.

'' JUNE ''Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang