Xue Yang memberhentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah sakit ternama tempat A Mao dirawat. Katanya kepada Lan XiChen, "ruang rawatnya 205. Kau turunlah terlebih dahulu. Aku akan pergi memarkirkan mobil ini."
Lan XiChen menurut dan segera turun dari mobil. Xue Yang pergi dengan mobilnya ke tempat parkir rumah sakit, sedangkan Lan XiChen, tanpa menunggu lebih lama lagi, segera masuk ke dalam dan langsung menuju lantai dua rumah sakit.
Sejujurnya, dia merindukan suasana yang sangat tidak asing baginya ini. Bagaimanapun juga, dia dulunya sempat magang sebentar di rumah sakit di Belanda sebagai dokter umum sebelum memutuskan untuk melanjutkan S2-nya mengambil spesialis bedah. Bau obat-obatnya seperti yang dirasakannya saat ini sudah menjadi makanan sehari-harinya dulu.
Ting
Lift berbunyi dan terbuka di detik berikutnya. Lan XiChen sampai di lantai dua rumah sakit tersebut. Dia menoleh ke kiri-kanan, mencari tahu ke arah mana dia harus pergi. Saat diketahuinya bahwa urutan nomor kamarnya dimulai dari sebelah kanannya, Lan XiChen tidak tinggal diam dan mulai melangkah.
201, 202, 203, 204, 20─
Lan XiChen terpana ketika melihat seorang wanita cantik sedang berdiri di depan ruang rawat yang ditujunya. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan wajah yang dirias dan rambut panjangnya. Gaun tradisional berwarna emasnya juga menambah kesan anggun yang tidak pernah dia dapatkan dari wanita manapun yang pernah dijumpainya. Mendadak, bagian bawah Lan XiChen terasa sesak.
Wanita itu awalnya tidak menyadari kehadiran Lan XiChen di belakangnya karena sepertinya sedang fokus memikirkan sesuatu, sampai akhirnya Xue Yang datang dari belakang mereka dan menyapanya, "apa yang sedang kalian lakukan di sini?"
Baik Lan XiChen maupun wanita itu menoleh ke belakang. Wanita itu mengira bahwa Lan XiChen juga baru saja datang bersama Xue Yang, jadi dia tidak merasa curiga sama sekali dan hanya mengatakan, "kau sudah datang."
Setelah wanita itu berbalik ke arahnya, Xue Yang akhirnya mengetahui bahwa dia berdandan dan tidak bisa menahan diri untuk tidak mengejeknya, "oh, jadi hari ini adalah hari 'melayani'? Sangat disayangkan sekali. Kepala keluarga Jin pasti sangat kecewa."
Wanita itu mengoreksi, "bukan dia, tapi Jin ZiXun."
"Terserahlah. Sama saja bagiku."
Lan XiChen sama sekali tidak mengerti dengan topik pembicaraan mereka yang membawa-bawa nama salah satu anggota keluarga Jin. Tetapi dia juga tidak berani lancang bertanya secara langsung pada mereka apa yang sedang mereka bicarakan. Dia diam memperhatikan ketika perhatian wanita itu jatuh kepadanya selama beberapa saat sebelum dia kembali berbicara, "mengapa kau juga membawanya kemari? Kau tahu di sini tidak aman."
Xue Yang membalas, "apa ada tempat yang aman bagi mafia seperti kita?"
Wanita itu mengerutkan dahi mendengar ucapan Xue Yang. Memang benar tidak ada tempat yang aman bagi seorang mafia, tetapi berada di sisinya bukankah jauh lebih tidak aman lagi? A Mao yang berada jauh darinya ketika waktu kejadian saja bisa ditembak, apalagi mereka yang dekat dengannya? Bukan ingin berprasangka buruk atau apa, tetapi berjaga-jaga itu penting. Wanita itu, atau lebih tepatnya pria itu, Jin GuangYao, tidak ingin kehilangan lebih banyak bawahan lagi.
"Terserahlah." Jin GuangYao mendengus pelan, "selidiki kasus ini secepat mungkin dan laporkan hasilnya kepadaku. Aku ingin kau mencari tahu siapa penembak itu, asal usulnya, tujuan dan apa rencananya. Batas waktumu lima hari."
Xue Yang menyeringai seperti biasanya, "kau tahu? Kau terlihat lebih cantik saat kau marah."
Jin GuangYao mendecak, "hentikan omong kosongmu dan lakukan saja tugasmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Fall in Love With My Enemy
FanfictionLan XiChen tidak pernah tahu kalau menjadi jahat, licik, dan munafik bisa membuat seseorang terlihat begitu indah dan menarik. Ini dimulai ketika satu keluarganya dibantai habis oleh keluarga Jin, keluarga mafia terkenal dan paling berkuasa di Hongk...