Jin GuangYao terdiam. Hanya setelah beberapa saat terlewatkan sajalah dia baru mengedipkan matanya kembali dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Jin GuangYao berkata acuh tak acuh, "bukan urusanmu. Jangan bertanya hal-hal di luar permasalahan ini."
Su She menambahkan, "itu benar. Kau belum sepenuhnya resmi menjadi bagian dari anggota kami, jadi jangan lancang bertanya yang tidak-tidak." Dia kemudian beralih ke Jin GuangYao, "bos, izinkan aku yang mengantarmu sampai ke rumah bos Jin ZiXun."
A Lao yang sedari tadi hanya diam dan memperhatikan akhirnya ikut bicara, "kakak, siapa yang akan menjaga A Mao kalau begitu?"
Ditanyai seperti itu, Su She tidak tahan tidak memukul kepala A Lao yang lebih tinggi darinya.
PLAK!
"Aduh!"
"Dasar bodoh! Tentu saja kau! Memangnya apa gunamu di sini?" omelnya.
Sambil mengelus-elus kepalanya, A Lao kembali membalas, "apa yang harus kukatakan pada keluarganya kalau mereka datang?"
Jin GuangYao dan Su She terkejut mendengar pertanyaan itu. Selama ini mereka terlalu fokus menangani masalah si penembak sniper sehingga lupa mencari alasan yang tepat untuk diberitahu kepada keluarga A Mao. Jin GuangYao tampak berpikir dalam diam, namun Su She enggan kehilangan mukanya, "apa yang harus kau katakan? Pikirkan sendiri alasannya! Begitu saja tidak bisa!"
A Lao kembali membalas, "tapi, kak. Kau tahu bagaimana bencinya mereka pada kita. Mereka pasti akan menyalahkan kita dan membuat keributan di sini."
"Kalau begitu, jangan biarkan mereka masuk."
"…tapi mereka keluarganya."
"Berhenti berdebat," Jin GuangYao membuka suara. "Su She, kau tetap di sini dan temani A Lao. Katakan saja yang sebenarnya pada keluarga A Mao kalau mereka bertanya. Dengan kalian berdua di sini, mereka tidak akan sanggup membuat terlalu banyak kericuhan. Beritahu aku secepatnya kalau terjadi sesuatu di luar dugaan."
"Tapi, bos. Bagaimana denganmu? Siapa yang akan mengantarmu ke rumah bos Jin ZiXun?" tanya Su She.
Jin GuangYao mengalihkan pandangannya menghadap Lan XiChen yang jaraknya paling jauh dengannya di ruangan itu dan mengatakan, "Zhen Yao, kau antar aku."
…
"Tim sepak bola Hongkong berhasil memenangkan kejuaran tingkat nasional tahun ini melawan Thailand dengan skor 2-1."
"Ganti salurannya."
Lan XiChen diam-diam mengintip melalui kaca depan mobil yang saat ini sedang dikendarainya untuk melihat sosok indah di belakangnya yang sedang duduk sambil bersilah kaki. Dia kemudian dengan patuh menuruti keinginan Jin GuangYao dan mengubah saluran radio yang saat ini sedang disiarkan.
"Kembali lagi bersama saya, ZiZhen, di Radio FM21. Kali ini saya akan menyampaikan berita mengejutkan dari pelabuhan C. Siang hari ini, di pelabuhan C, Hongkong, telah terjadi penembakan jarak jauh yang diduga melibatkan seorang pengedar narkoba. Korban, yang menurut pengakuan polisi setempat, diduga membawa sejumlah obat-obatan terlarang ketika penembakan itu terjadi tertembak di perut bagian bawahnya dari jarak jauh. Naasnya, saat akan diamankan, kedua rekannya berhasil membawa kabur korban beserta sejumlah obat-obatan tersebut. Untuk pelaku sendiri, polisi saat ini sedang melakukan penyelidikikan mendalam mengenai kasus ini."
"Matikan radionya."
Lan XiChen meliriknya sekali lagi sebelum mematikan radio tersebut sesuai perintahnya. Saat ini, ekspresi Jin GuangYao benar-benar tidak bisa dibaca. Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Fall in Love With My Enemy
FanfictionLan XiChen tidak pernah tahu kalau menjadi jahat, licik, dan munafik bisa membuat seseorang terlihat begitu indah dan menarik. Ini dimulai ketika satu keluarganya dibantai habis oleh keluarga Jin, keluarga mafia terkenal dan paling berkuasa di Hongk...