Promise

3K 135 2
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Pair : SasuHina

Story by aizelatalea

DLDR!

...

Rumput hijau dan pohon-pohon menjulang tinggi menyapa mata. Tempat yang sama untuk kesekian kalinya ia datangi.

Hinata merasakan ketenangan juga gelisahnya bersamaan. Langit sudah menampakkan bulan beserta bintangnya, namun tempat itu masih bersinar seolah sinar matahari menerpa.

Ia tak tahu tengah berada disana. Mengapa bisa sampai kesana? Dan mengapa hanya ada dirinya?

Namun tiba-tiba banyak suara-suara yang membuatnya meneteskan airmata.

"Kau hanyalah beban!"

"Tak bisakah kau membanggakan Tou-san sekali saja?!"

"Dasar lamban."

"Mengapa saat itu kau tak mati saja, hah?!"

"Kembalikan ibuku!"

Airmatanya menetes deras, membasahi gaun putih yang entah sejak kapan melekat indah ditubuhnya. Ia bahkan sudah menutup kedua telinganya, namun mengapa suara-suara itu tetap menyapanya denga tajam.

"Dasar pembunuh!"

"TIDAK!!"

"Kau pembunuh! Kembalikan ibuku!"

"AKU BUKAN PEMBUNUH!!"

"Pengecut!"

"Lemah!"

"AKU KUAT!"

"Dia itu si gadis sampah dari keluarga Hyuga!"

"Hiih, rupanya begitu buruk!"

"Cih, membunuh ibunya sendiri? Dia sakit jiwa!"

"HENTIKAN!! KUMOHON HENTIKAN!! AKU BUKAN PEMBUNUH!! BUKAN AKU! BUKAN!!"

Hinata berteriak histeris dengan masih menutup kedua terlinganya. Airmata terus mengalir deras dikedua pipi putihnya, bahkan badannya meluruh terduduk diatas hamparan rumput saking lelahnya.

Ia sudah tak sanggup menghadapi semua ini. Mereka menghakiminya tanpa tahu kebenarannya. Hinata muak dengan hidupnya. Ia muak selalu menjadi orang yang diremehkan dan diinjak-injak.

Tak adakah suatu tempat dibagian dunia ini yang akan membuatnya melupa akan segala sakit juga sedih hatinya.

Ataukah mungkin ia harus segera mengusul sang Ibu ke alam baka agar orang-orang itu senang?

"Tidak hiks kumohon hentikan hiks hiks.."

Grep

Hinata dapat merasakan kehangatan menjalari tubuh ringkihnya. Menjaganya dari tiupan angin yang kian mendingin tiap saatnya.

Ia mendongak. Meskipun mengabur dengan banyaknya air menggenang dipelupuk matanya.

Ada tangan yang mau mengusapkan airmatanya. Bahkan merapikan helaian rambutnya yang berantakan dan basah karena terkena airmata.

Ia melihatnya jelas. Bagaimana iris onyx itu seolah menatik amethysnya hingga terpaku, tak ingin beranjak barang sedetikpun untuk mengalihkan pemandangan dari sosok didepannya.

Sebelah tangan Hinata terulur, menyentuh rahang tegas laki-laki asing didepannya. Menelusuri pipi tirus itu, bahkan hidung mancung juga alis tebal dan kerennya yang membuatnya kagum

Oneshoot | SasuHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang