"JOAAAAAAA! huh...huh..huh.." Gadis remaja bernama Anneth itu berlari memanggil sahabatnya yang sudah meninggalkannya lebih dulu di lorong sekolah. Ia tak peduli lirikan adik atau kakak kelasnya. Yang ia pikirkan sekarang hanya satu. Charisa. Pikirannya sudah terpenuhi oleh satu nama sahabatnya itu.
Mendengar namanya dipanggil, tentu saja ia langsung menengok kebelakang.
Ohhh Anneth. Batinnya."Kenapa??" Tanyanya pada Anneth.
"Uwa sama Mirai mana??" Bukannya menjawab, sahabatnya itu malah kembali menanyakan keberadaan sahabatnya yang lain.
"Di Kantin. Kenapa sih, kok lu kayaknya panik banget. Ada masalah??" Joa langsung menanyakan pada inti permasalahan. Karena ia memang termasuk gadis yang paling tidak suka dengan basa-basi.
"Itu... ICU... Ucha..."
Dengan nafas yang memburu karena panik, Anneth masih menjawab tidak jelas pertanyaan dari sahabatnya."Hah?? Lu ngomong ap-"
"HALO GAISSS! UWA AND MIRAI IS COMINGGG!" Joa belum sempat menyelesaikam omongannya, tetapi sudah dipotong oleh salah satu sahabatnya. Ia langsung melayangkan tatapan sinis kepada Nashwa yang merusak moment tersebut.
"Ngerusak moment aja sih lu Wa, gak liat apa itu mereka berdua lagi ngomong serius Uwaaa!" Ujar Mirai geram karena mengerti keadaan kedua temannya.
"Iya, iya maap ih. Btw kenapa Neth?? Kok muka lu panik gitu??" Kini giliran Nashwa yang menanyakan perihal Anneth.
"Ucha.... Itu... Rumah sakit.." lagi-lagi ia masih belum bisa menjawab pertanyaan sahabatnya dengan jelas.
"Nih minum dulu biar tenang dikit." Tawar Mirai memberikan sebotol air kepada Anneth. Dan langsung dihabiskan oleh gadis itu.
"Oh iya, kita berempat udah ngumpul. Ucha mana?? Emang sih dia suka telat, tapi 5 menit lagi masukkan, tumben dia belum datang." Cerewet Joa yang baru menyadari salah satu sahabatnya belum datang.
"Justru itu yang mau gue bahas." Anneth sudah tidak sepanik tadi. Ia bisa menjawab pertanyaan temannya dengan jelas sekarang.
"Ucha masuk Rumah Sakit Pelita Wijaya. Dari tadi malam kondisinya masih koma. Sampe sekarang pun, belum ada perubahan." Ujar Anneth mengulangi perkataan Deven digerbang sekolah. Iya. Dia bertemu Deven. Kondisi lelaki itu sangat berbeda dari hari-hari biasa. Rambutnya yang tidak beraturan. Seragamnya yang kusut. Wajahnya yang tidak seceria biasanya. Seperti bukan seorang Deven.
"HAH?? KOK BISA?? GIMANA CERITA NYA??" Ketiga sahabatnya bisa-bisanya menjawab pernyataan Anneth secara kompak.
"Panjang. Bentar gue ceritain. Sekarang gue mau nawarin kalian buat bolos. Demi Ucha. Mau gak?? Kita ke RS. P.W. entar di jalan gue ceritain. Mau gak??" Tanya Anneth memastikan.
"MAU!" Lagi-lagi, ketiga sahabatnya menjawab kompak.
Untung saja mereka berempat belum meletakkan tas mereka dikelas. Kalau mereka sudah meletakkan nya kan maka akan tambah repot urusannya.
sesuai dengan pernyataan Anneth. Gadis itu langsung menceritakan perihal Charisa yang masuk Rumah Sakit. Ia tahu dari Deven. Dan tentu saja ia tahu, Deven tidak mungkin berbohong. Terlihat jelas dari raut wajahnya.
🎸🎸🎸
Sama seperti Anneth dan para sahabatnya. Deven dan para sahabatnya juga melakukan hal yang sama. Namun bedanya, diantara para sahabat Deven, ada salah satu yang tidak begitu terkejut mendengar cerita Deven. Devano.
"Gue udah tau." Ujar Devano datar setelah Deven menyelesaikan ceritanya. Padahal ia sama seperti Deven khawatirnya terhadap Charisa. Namun ini beda. Deven khawatir terhadap Charisa sebagai Kakak, sedangkan Devano... Entahlah. Hanya dia yang mengerti perasaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny || C.F.L [Wattys 2019]
FanfictionTakdir. Apakah aku harus bersyukur terhadap takdir ku?? atau aku harus menghindari takdir yang tak bisa ku hindari?? "Gue harus bisa keluar dari ini semua! pasti!" -Charisa Faith Lumbanraja- "Queen Of Lumbanraja School?? Siapa??" -Devano Alvaro Dane...