5

392 26 0
                                    

"Mau pulang bareng gak?" Ujar seorang lelaki dari dalam sebuah mobil yang berhenti tepat didepan Charisa.

"Kak Clinton??" Yup, Clinton. Lebih tepatnya Clinton Lubis. Kakak kelas Charisa.

"Iya ini gue, mau gak??" Tanya Clinton pada Charisa untuk kedua kalinya.

Charisa terdiam ditempatnya, ia bingung. Pasalnya, Clinton adalah kakak kelas yang sudah sering berurusan dengan guru BK. Bukan hanya itu, Clinton juga memiliki penggemar yang terhitung tidak sedikit. Ia tidak ingin berurusan dengan lelaki itu, tetapi disatu sisi ia ingin menerima tawaran itu.

"Kok diem??"

"Tenang, gue gak pernah macam-macam sama cewek." Ujar Clinton melihat keresahan Charisa.

Mendengar itu, Charisa segera menyingkirkan pikiran buruknya tentang Clinton.

"Oke, gue mau."

Setelah Charisa mengeluarkan kata-kata itu, Clinton segera menyuruh nya untuk memasuki mobilnya.
Namun ketika Charisa hendak membuka pintu pada mobil, Clinton menghentikannya.

"Jangan dibelakang, gue serasa supir."

Selama diperjalanan hanya hening yang ada pada mobil itu, hingga pada akhirnya Clinton menyingkirkan keheningan itu.

"Cha."

"Iya kak?"

"Rumah Lo dimana??"

"Di komplek Mutiara Cempaka blok D Nomor 13 Kak."

"Loh? Berhadapan sama rumahnya Devano dong?"

Charisa menautkan alisnya, bagaimana ia tahu tentang itu. Charisa yang bertetangga dengan Devano saja tidak tahu perihal hal itu.

"Devano sepupu gue."
Tiga kata yang dikeluarkan oleh kakak kelasnya itu sudah menjadi jawabannya.

"Btw, jangan panggil gue pake embel embel 'Kak' kita seumuran, cuman gue kecepatan masuk SD." Ujar Clinton yang merasa risih ketika Charisa memanggilnya dengan sebutan 'Kak'

"Oh, oke Ka- maksud gue, oke Clinton." Ujar Charisa, walaupun sebenarnya ia tidak nyaman memanggil Clinton tanpa memakai embel-embel 'Kak' bagaimanapun, Clinton tetap kakak kelasnya.

Setelah percakapan singkat itu, keheningan kembali menyelimuti keadaan mobil itu.

"Nah, sampai." Lagi-lagi Clinton lah yang menyingkirkan keheningan.

"Eh, iya. Makasih Ka- eh maksud gue Clinton. Gue minta maaf kalo ngerepotin." Ujar Charisa pada Clinton sembari keluar dari mobil itu.

"Gak ngerepotin kok, santai aja."

"Hati-hati Kak. Sorry gue belum terbiasa manggil Lo tanpa embel-embel 'Kak'"

"Huhh, oke oke gak papa. Gak ngerepotin kok. Kalo Lo yang bilang hati-hati pasti gue turutin, ada didekat Lo aja gue udah pake hati."

"Hah??" Gadis itu kembali dibingungkan oleh perkataan kakak kelasnya.

"Hahaha! Canda kok, gue pulang ya! Dah Cha!" Pamit Clinton pada adik kelasnya.

Charisa pun membalasnya dengan melambaikan tangannya.
Setelah dirasanya Clinton sudah tidak ada dihadapannya, ia segera masuk kedalam rumahnya.

Lagi-lagi, pemandangan kedua orang tua nya yang sedang beradu mulut terpampang jelas dihadapannya. Dengan cepat ia langsung menuju ke arah kamarnya yang berada di lantai dua. Ia tidak ingin kedua orang tuanya melihat ia datang.

Praang!

Bunyi pecahan kaca terdengar keras ditelinga Charisa. Ia takut, semua orang yang bekerja dirumahnya sedang diliburkan, entah karena apa. Dengan cepat ia menghubungi sepupunya, dan menyusul kedua orangtuanya.

"PI!"

Tepat saja, ketika ia sudah sampai diruang tamu. Papinya hampir melemparkan sebuah Gucci kaca kepada Maminya . Dengan segera ia berlari menggantikan posisi Maminya tersebut. Alhasil Charisa lah yang terkena pecahan kaca tersebut.

"UCHA!" Bukan, bukan teriakan kedua orangtuanya, melainkan kedua sepupunya, dan tantenya.

🎸🎸🎸

I can taste the tension like a cloud
Of smoke on the air
Now i'm breathing like i'm running
Cause you're taking me there~~

Nada dering pada benda pipih yang sedang dimainkan terdengar oleh pemiliknya.

"Ah shit! Siapa sih yang nel- Ucha?? Angkat dulu kali ya" Ujar Lelaki itu kemudian mengangkatnya.

"Halo! kenapa Cha??"

"Dev... Lo bisa tolong kesini cepet?? Papi mulai main fisik, gue takut mami kenapa-napa. Habis ini gue mau susul mami dibawah, cepet ya Dev gue mohon."

~tiit~

Panggilan itu diputuskan secara sepihak oleh Charisa.
Dengan segera ia mengambil kunci mobilnya.

"Dev?? Mau kemana sayang??" Ujar wanita paruh baya yang merupakan orang tua Deven.

"Kerumah Ucha mah, papinya Ucha main fisik lagi!" Balas Deven dengan nada khawatir nya, sambil memasuki mobilnya.

"Mamah ikut!" Dengan segera, wanita paruh baya itu memasuki mobil anaknya.

"Acha juga ikut!" Putus Marsha yang memang mendengar percakapan antara adik dan mamahnya tersebut.

Ketika kedua wanita itu sudah memasuki mobil miliknya, ia langsung menancapkan gas nya dan menuju rumah sepupunya dengan kecepatan penuh. Tak peduli dengan keadaan sekitarnya.

Ketika sampai ditempat tujuan.
Mereka bertiga langsung keluar dari mobil itu. Dan pemandangan tak diinginkan terlibat jelas Dimata mereka masing-masing.

"UCHA!" Deven segera menuju ke sepupunya yang sudah tidak sadarkan diri.

Sedangkan Marsha menuju ke tantenya yang terlihat sangat shock terhadap perlakuan suaminya.

Sedangkan mamah Deven langsung menuju pada adik iparnya.

Plaak!

Satu tamparan mendarat mulus di pipi Papi Charisa.

Sedangkan yang ditampar hanya terdiam, ia tahu perlakuannya salah.

Tepat saat wanita paruh baya itu ingin membuka suara, mobil polisi beserta ambulance datang pada mereka.

Bukan, bukan Deven, Marsha atau bahkan Mamah mereka yang menghubunginya. Melainkan tetangga didepan rumah Charisa lah yang menelponnya, karena ia sudah menyaksikan semua kejadian itu.

"Kak! Gue ikut di ambulan, Lo bawa mobil ya??" Putus Deven kemudian memasuki ambulance yang membawa Charisa. Karena memang Marsha lah satu-satunya yang tersisa. Mamahnya dibawa ke kantor polisi untuk berperan sebagai saksi.

"Oke!" Ujarnya, ia segera memasuki mobil adiknya dan membawanya ke rumah sakit yang akan dituju.

Tanpa mereka sadari, seseorang yang melaporkan perbuatan Papi Charisa juga mengikuti mobil ambulance tersebut. Ia juga khawatir terhadap gadis perempuan yang akan dibawa kerumah sakit.

Hayo tadi yang nebak Devano siapa🤣
Nah kalo yang ngelaporin papi Charisa sekarang siapa hayo🌚 gampang lho:v.

Destiny || C.F.L [Wattys 2019]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang