Chapter 2 : Truth

20 6 2
                                    

Perjalanan yang kita jalani sampai pada setengah hari setelahnya... Di setiap jalan kami banyak menemukan monster - monster yang tidak akan pernah kau temui dalam permukaan.

"Arhrgrgrgrghg". Teriak hobgoblin itu sembari mengangkat senjatanya, dia seperti binatang buas yang kelaparan dan mengatakan 'aku menemukan makanan'.

"Cih... Hobgoblin lagi". Kesalku sembari bersiap untuk memukulnya karena aku tidak bisa menggunakan sihir aku hanya bergantung pada tubuhku ini.

"Mundurlah, aku akan membakarnya Fire Projection : Ring Of Fire". Mantra yang diucapkan Arin pun muncul dengan tanda lingkaran di bawah hobgoblin itu seketika itu muncullah api yang melingkari hobgoblin itu.

"Argargargargarg". Hobgoblin itu hanya dapat berteriak dia tidak bisa melangkahkan kakinya dan dia hanya terbakar sampai menjadi abu.

"Hmmmm nampaknya sihirmu itu mengerikan ya". Ucapku sembari melihat jasad hobgoblin itu.

Tidak ada respon dia hanya terdiam, seperti menahan sakit dari kutukan sihir yang dikeluarkannya. Nampak cahaya kebiruan yang muncul di jari jarinya, yah nampaknya semua jari tangan dan kakinya menghilang.

Setidaknya dalam perjalanan itu kami sudah membunuh 4 Hobgoblin dengan pasukannya, goblin berjumlah paling tidak 40 goblin jadi wajar bila dia sampai menahan sakit seperti itu, dan aku pun kehilangan 10 jari kakiku karena menggunakan sihir percepatan atau bisa dibilang power up.

Kami pun melanjutkan perjalan kami dan karena aku juga penasaran dengan dunia yang mirip dengan dunia fantasi, aku pun mencari cara untuk meminta informasi dari Arin.

"Hah-huh-hah-huh". Setelah berjalan jauh, Nafasku terengah-engah dan aku membujuknya untuk beristirahat.

"Hah, setidaknya aku dapat meminta beberapa informasi darinya". Gumamku.

"Woy tunggu... Sebaiknya kita beristirahat dulu di pohon rindang sana". Ucapku sembari menunjuk ke arah pohon besar itu.

"Baiklah... Jari tangan dan kakiku juga masih belum sembuh". Ucap Arin sembari melihat jari-jari yang masih menghilang itu

"Jadi... Bagaimana ceritanya kita di anggap penyusup ?" Tanyaku sembari menjatuhkan diri ke pohon rindang.

"Eeeeee s-sebenarnya kita masuk di tempat yang salah lagipula kita juga tidak mempunyai identitas penduduk.". Ucap Arin kikuk.

"Ha ?!". Getakku.

"Maaf". Ucap Arin dengan wajah tertunduk.

"Sudahlah... Karena aku tidak ingin tinggal disini, bisakah kita keluar dari dunia bawah ini ?". Tanyaku.

"Hmmmm entahlah aku juga gak tau". Ucapnya sembari tersenyum licik ke arahku.

"Ha ? Pake sihir gate lah!". Getakku.

"Percuma, aku sudah tidak memiliki tumbal lagi". Ucapnya sembari berdiri dan membersihkan bajunya yang kotor.

"Tumbal ? Maksudmu bayaran melakukan gate ?. Tanyaku.

"Hm". Jawabnya lirih sembari mengangguk yang berarti 'iya'.

"Hah". Gumamku.

"Oy Beril... Kau tahu caranya keluar dari Underworld". Batinku. Saat perjalanan entah mengapa Baril memasuki tubuhku dengan paksa Dan beralasan dia mengantuk.

"Ngrukkk- Ngrukkk-". Tidak ada jawaban darinya. Hanya terdengar suara dengkurannya.

"Hah...". Gumamku untuk kedua kalinya

"Jadi kita akan memasuki kerajaan itu lagi ?". Tanyaku.

"Ya, dan menemui orang yang dikatakan Baril". Jawabnya.

The Worst OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang