Chapter 3 : Soul

24 3 0
                                    

"Lu gak papa Vi ? Vi sadar Vi !". Ucapku sembari meletakkannya pada kursi.

"..."

Tak ada jawaban dia hanya terdiam ditempat duduk dengan kulit pucat pasi, layak dikatakan meninggal.

"Sial! Sialan!...". Sumpah serapah ku ucapkan, penyesalan itu kurasakan. Orang disekelilingku terdiam dan masih tak percaya apa yang terjadi.

"Hoi Hoi ada apa ?! Kok rame begini ?". Getak seorang guru olahraga dari luar kelas.

"Ada yang pingsan pak !". Ucap seorang murid sembari berlari menuju guru kekar itu.

"Pingsan ?! Pingsan kenapa ?". Sontak guru itu kaget dan menyiapkan diri untuk masuk ke kelas.

"Tadi ada yang berkelahi pak, tapi si Ravi kulit nya dah pucat pasi pak, kaya orang mati !". Ucap seorang murid sembari berlari di koridor.

Sontak mereka pun kaget dan terdiam sesaat. Dan entah kenapa guru guru itu langsung mempercayainya. Wajah ketakutan mereka terlihat, keringat mereka keluar. Namun seorang guru terlihat tenang, dia menyiapkan diri untuk masuk, dia bersiap dengan tragedi apapun, dia nampak seperti pahlawan dalam film.

Guru kekar itu pun masuk seorang diri sempat ada yang menegurnya, namun siapa lagi yang akan memastikannya bila bukan dia ? Guru paling mengerikan di sekolah.

"Setidaknya akan ku pastikan dengan mata kepalaku sendi-". Ucapnya terpotong karena heran, saking herannya dia sampai membuka mulut dan matanya hingga membeku ditempat itu.

Setelah beberapa detikpun dia sadar, dia langsung meraih kursi untuk dijadikan senjatanya dan dia melempar ke arah cahaya biru itu, ya tadi dia melihat cahaya kebiruan melingkar di daerah tubuh murid yang berada dalam kelas, dan yang dia lihat terakhir adalah bayangan seorang perempuan kecil, dia memakai tudung, nampak seperti penyihir dalam sebuah dongeng.

"Penyihir sialan !" Kesalnya sembari menghentakkan kaki nya ditanah.

Dia mencoba untuk mencari perempuan itu namun dia tak menemukan seorang pun kecuali 6 murid yang tergeletak pingsan dengan kulit pucat pasi, menandakan mereka mati.

"Yang benar saja". Ucap guru kekar itu sembari keluar dari kelas.

"Cepat panggil PMR atau ambulan ada 6 orang yang pingsan". Tambah guru itu.

"Ehh- ba- baiklah". Ucap guru lain yang ada diluar kelas sembari merogoh HP nya untuk menelfon ambulan.

Setelah beberapa menit pun PMR memasuki kelas dan nampak dari raut wajah mereka. Mereka ketakutan entah itu dari suasana dari kelas itu sendiri atau 6 orang yang tergeletak di lantai itu.

"Mereka mati...". Terdengar seorang murid mengatakan hal yang tak seharusnya dia ucap.

"Tunggu sebentar, kau sudah mengecek nadi dan jantung mereka kan ? Jangan hanya melihat kulitnya setidaknya kita harus pastikan sendiri." Bantah seorang perempuan PMR dengan raut wajah tegas, dia terlihat lebih berpengalaman daripada mereka semua.

"Eh- Baiklah". Mereka pun mematuhi apa yang dikatakannya dan yah, mereka tetap mengatakan hal yang sama.

"Mereka benar benar mati".

Beberapa murid PMR pun keluar dari kelas dengan raut wajah sedih sekaligus heran.

"Bagaimana bisa mereka mati dalam waktu dan ruang yang sama... Apalagi ada 6 orang yang mengalaminya".

Mereka masih memikirkan penyebab kematian temannya itu, tetapi mereka tidak menemukan jawaban yang pasti, tidak mereka sama sekali tidak menemukan jawaban yang masuk akal.

The Worst OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang