Setelah kejadian itu, Jisoo merasakan hatinya kosong. Ada lubang menganga di sana, seolah ia baru saja menarik keluar sesuatu yang seharusnya tetap berada di sana.Ia pulang ke rumah dengan perasaan tak menentu. Parahnya, ia tidak tahu mengapa ia harus merasa demikian. Menjalin hubungan dengan seorang pria bukanlah hal yang pertama baginya. Ini adalah yang ketiga kalinya ia berpacaran, meski tak punya banyak pengalaman, namun setidaknya Cha Eunwoo bukanlah satu-satunya pria yang pernah hadir di hidupnya.
Dan yang tak Jisoo mengerti adalah, dahulu ia tidak pernah merasakan hal ini, dan tidak pula melihat perubahan sikap Jennie yang aneh. Ia tak tahu apakah perubahan Jennie berkaitan dengan hubungannya dan Eunwoo?
"Ah, tidak! Itu pasti bukan karena aku. Dia hanya sedang memiliki masalah yang tak ingin ia ceritakan padaku. Mungkin nanti ia akan bicara padaku tentang masalahnya."
Jisoo menuangkan segelas air dari teko plastik di atas meja, lalu meminumnya sedikit. Ia menarik kursi meja makan dan duduk di sana. Meski sudah berpikir demikian, ia masih saja bertanya-tanya kenapa ia harus merasa bersalah pada Jennie? Memangnya Jennie pernah berkata apa padanya soal perasaan? Selama ini setiap kali ia berpacaran, Jennie tidak pernah berkomentar apapun, lantas apa yang ia cemaskan?
Tanpa sadar, ia menyentuh kalung yang melingkar di lehernya. Kalung itu berliontinkan bulan sabit, kalung pemberian Eunwoo sebagai hadiah hari pertama berkencan.
Jisoo kemudian teringat kalung persahabatannya dengan Jennie. Kalung yang ia beli saat ia dan Ibunya berbelanja ke Myeongdong. Ia mengunjungi sebuah toko aksesoris dan menemukan sepasang kalung berinisial ( J ) yang terlihat sangat cantik, membuatnya tak sabar untuk segera memberikannya pada Jennie.
"Maldo andwae!" Ia menggeleng. "Tidak, kami tidak saling jatuh cinta! Itu semua hanya karena kami terlalu lama bersama sehingga ikatan kami menjadi sangat kuat. Mereka hanya terlalu berlebihan menanggapi hal itu."
Jisoo mengangguk, meyakinkan dirinya sendiri. Ditatapnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 21.33 malam, belum ada tanda-tanda kehadiran Jennie. Ia merogoh ponsel dari dalam tas, lalu mendial nomor gadis itu.
Tak ada jawaban, hanya dering panjang yang terdengar.
"Di mana dia? Kenapa dia tidak menjawab teleponku?" Saat Jisoo hendak menelepon lagi, sebuah pesan masuk ke ponselnya.
Jisoo menarik napas, ada sedikit perasaan lega. Lihat! Jennie baik-baik saja. Benar, sikapnya kemarin hanya karena ia sedang memiliki masalah yang masih enggan ia ceritakan. Jisoo akan menunggu sampai sahabatnya itu mau bercerita padanya.
•••
Jennie menatap layar ponselnya sesaat, lalu memasukkannya kembali ke dalam tas. Ia duduk sendiri di sebuah halte, kali ini entah mau pergi kemana, yang jelas ia sedang tak ingin pulang dan berhadapan dengan Jisoo. Hatinya terlalu sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Some Stories About JENSOO
FanfictionKumpulan cerita-cerita pendek tentang dua gadis Korea yang menggemaskan. Copyright monochrome_08 ©️ 2019