Empire Goddess - 2

2.6K 403 60
                                    


Jennie mendongak dari ponselnya saat Jisoo turun dari lantai dua. Gadis itu baru saja mengantarkan ibunya ke kamar dan memastikan bahwa wanita itu sudah berhenti menangis.

"Ibumu sudah tidur?"

"Ya." Jisoo berjalan ke ruangan lain yang berada di restoran itu, lalu kembali lagi sambil membawa kapas dan alkohol. "Kau sebaiknya pulang."

Jennie menggeleng. "Tidak. Aku tidak akan pulang."

"Aish!" Jisoo mengangkat sudut bibirnya. "Dasar Penguntit keras kepala."

"Mworago?" Jennie membeliakkan mata, tak terima. "Siapa yang kau sebut penguntit?"

"Tentu saja kau."

"Aku bukan penguntit. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau selamat sampai rumah."

Jisoo menarik kursi di depan Jennie. Mereka kini duduk berhadapan, meja panjang membatasi keduanya.

"Sudah berapa lama kau menguntitku?"

"Aku tidak—" Jisoo menatapnya dengan sorot yang tak terbaca, membuat Jennie menelan kembali ucapannya. Bahunya terkulai, bibirnya mencebik sementara ibu jarinya mengetuk-ngetuk ponsel. "Baiklah! Sejak hari pertamamu di sekolah. Tapi aku bukan penguntit, aku benar-benar hanya ingin memastikan kau pulang dengan selamat."

Jisoo tidak membalas lagi, kini ia sedang berkaca di ponselnya sambil mengobati luka di sudut bibirnya. Jennie mengamatinya, ia ingat betul sosok Jisoo ketika pertama kali melihatnya.

Hari itu, seperti biasanya, sang supir mengantarkan Jennie ke sekolah. Mobil yang di tumpanginya berhenti karena rambu lalu lintas, orang-orang mulai menyeberang. Hingga beberapa menit kemudian, saat rambu lalu lintas sudah kembali hijau, mobilnya belum juga bergerak.

Jennie tersadar dari lamunan saat supirnya menekan klakson beberapa kali, ia menoleh ke depan, di sana ada seorang gadis berseragam tengah membantu seorang lelaki penyandang Disabilitas untuk menyeberang. Jennie mengamati mereka sampai keduanya tiba di trotoar.

Gadis itu membungkuk sambil tersenyum pada lelaki yang ditolongnya. Senyumnya manis. Seolah semua cahaya di dunia, tak bisa bersaing dengan senyuman itu.

Akan tetapi, sampai detik ini Jennie tak pernah lagi melihat senyuman itu.

"Aw!"

Jennie mengerjap, kesadarannya kembali. Jisoo merintih pada luka di bibirnya, sontak membuat Jennie menyentuh sebelah pipi gadis itu. "Apa yang terjadi?"

Jisoo terdiam, matanya menatap pada kedalaman manik caramel gadis yang tak pernah bisa membiarkannya sendirian itu. Untuk sesaat, keduanya membeku dalam posisi itu. Sampai akhirnya Jisoo berdeham, membuat Jennie menarik kembali tangannya.

"Jangan salah paham. Aku hanya cemas, jadi tanganku bergerak begitu saja."

Jisoo hanya melirik sekilas, lalu tersenyum tipis.

"OMO! OMO!"

"Kkamjakiya!!" Jisoo terkejut, balas berteriak. "Wae? Wae?"

"Kau tersenyum!"

"Apa senyumku terlihat menyeramkan sampai kau perlu berteriak?!"

Some Stories About JENSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang