BitterSweet - 03

3K 366 115
                                    


Jisoo pulang dengan wajah lesu. Hari ini pikirannya entah berada di mana. Sejak meninggalkan Jennie untuk makan siang bersama Eunwoo, ia sudah kehilangan napsu makannya. Padahal makanan di Restoran itu sangat enak, juga situasi tempatnya cukup nyaman. Namun... entahlah, ia tak bisa berpikir jernih.

Ia tak mengerti ada apa dengannya. Pokoknya rasanya melelahkan!

Membuka pintu, Jisoo masuk dan melepaskan sepatunya untuk kemudian diganti dengan sandal. Ia melihat lampu ruang tengah dan televisi masih menyala, lalu mendapati Jennie sedang tertidur di sofa.

Ia berjalan pelan menghampiri gadis itu. Lalu berjongkok untuk mengamati wajah tidur Jennie beberapa saat. Tiba-tiba bayangan masa kecil mereka berlarian di dalam pikirannya: ia melihat Jennie kecil yang cengeng di dalam sana, ia juga bisa melihat Jennie kecil yang polos—yang membuatnya gemas setengah mati saat melontarkan kata-kata penuh imajinasinya.

Mendesah, Jisoo mengangkat sebelah tangannya untuk menyentuh sebelah pipi Jennie. Perlahan-lahan, ia mengelus pipi tembem itu. Lembut. Ini adalah bagian yang paling Jisoo sukai darinya: chubby cheek.

Ketika ia sedang asyik membelai pipi Jennie, mendadak saja gadis itu bangun dan langsung menggapai tangannya. Detik berikutnya, Jennie sudah menarik Jisoo sampai gadis itu jatuh di atas tubuhnya.

Jisoo terkesiap, matanya membulat lebar sementara degup jantungnya berpacu cepat, sebab wajah mereka kini hanya berjarak sebatas helaan napas.

Jennie menatapnya dengan tatapan yang tak mudah terbaca. Meski sudah berusaha mengartikan tatapan itu di tengah-tengah posisi anehnya, Jisoo tetap tidak bisa menemukan arti di balik tatapan gadis itu.

Namun, saat Jisoo berpikir bahwa jantungnya akan segera meledak, tiba-tiba saja Jennie tersenyum, lalu melepaskannya begitu saja.

"Karena kau sudah pulang, aku akan tidur di kamarku sekarang." Ujar Jennie, kemudian bangkit dan melenggang pergi ke kamarnya.

Jisoo terduduk di lantai begitu Jennie menutup pintu kamar, jantungnya masih berdegup kencang.

Dengan suara parau, ia berkata. "Dia menungguku."

Hari-hari yang berlalu terasa canggung bagi Jisoo sejak kejadian malam itu. Sebelumnya, Jennie tak pernah melakukan hal-hal demikian. Selama ini, jika Jennie ingin memeluknya, maka gadis itu akan memeluknya. Jika Jennie ingin mencium pipinya, makan gadis itu akan melakukannya.

Akan tetapi, untuk bertindak seaneh itu... Jennie tak pernah.

Belum lagi, perdebatan kecil mereka tempo hari, membuat Jisoo tak bisa untuk tidak memikirkan perkataan Jennie saat itu.

"Masalahku adalah... aku sudah jatuh cinta padamu, tapi kau tidak!"

Kalimat itu terus berputar di kepalanya hampir setiap waktu. Semakin ia berpikir bahwa Jennie hanya bergurau, semakin pula keyakinannya membesar. Sebab, ketika Jennie berkata bahwa ia bergurau, matanya Justru mengatakan yang sebaliknya.

Jisoo tahu betul tatapan itu. Ia terlalu mengenal Jennie untuk bisa membedakan mana candaan dan mana kejujuran. Tapi, sejak kapan? Jisoo bertanya dalam hati. Sejak kapan Jennie mulai jatuh cinta padanya? Sepanjang ia mengenal Jennie, ia tak pernah melihat gadis itu bersikap seperti ini.

"Aish!" Jisoo memukul sisi kepalanya, frustasi. Ketika ia baru saja bangkit dari tempat tidurnya, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk pelan.

"Eonni?"

Jisoo mengangkat alis, lalu berjalan menghampiri pintu dan membukanya. Ia disambut dengan senyuman Jennie, juga dua lapis roti panggang.

"Oh, ini untukku?"

Some Stories About JENSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang