Chapter 3 | Standing Before You

149 8 0
                                    

Berjalan sendirian dalam dinginnya malam bukan saja membuat tubuh Mino membeku, tapi hatinya pun dirasa akan mulai sedingin es. Hal yang paling ia takutkan adalah tidak bisa menjaga hatinya tetap hangat saat menghadapi hal-hal melelahkan yang menguras emosi.

Taehyun selesai mencuci semua mangkuk bekas makannya. Kemudian ia menatap pecahan asbak yang ia lempar tadi. Tidak pecah berhamburan, hanya saja di beberapa sisi terlihat tidak utuh.

"Beres juga. Tinggal membuang sampah yang sudah menumpuk ini." Gumam Taehyun sambil membuka pintu rumah. Tiba-tiba ia melihat ada seseorang berdiri dihadapannya.

"Mino." Ucap Taehyun kaget.

Mino yang ternyata kembali lagi ke rumah Taehyun, memandang wajah Taehyun dalam dan langsung memegang kedua pundaknya. Kantong yang Taehyun pegang-pun terlepas dari genggaman.

"Aku tidak tahu harus mulai bicara darimana. Tapi sepertinya sekarang kau sudah sangat membenciku, sampai aku sulit sekali mendapat kesempatan untuk bicara." Tegas Mino.

"Dengan jelas aku bisa melihat alasan kenapa kau masih sendiri sampai detik ini. Tapi, apa kau juga bisa melihatku? Kenapa aku masih sendiri? Kau tidak ingin tahu tentang hal itu?" Tanya Mino tegas.

"Apa masih ingin mengabaikan persoalan ini dan membuang waktu berikutnya?" Tambahnya lagi.

Mino menatap Taehyun yang hanya diam saat dibombardir pertanyaan olehnya. Tanpa menunggu izin, Mino menyentuh bibir lembut Taehyun dengan bibirnya sambil mendesaknya masuk ke rumah.

Ia menutup pintu, mengunci tanpa melepaskan ciumannya. Ingin rasanya Taehyun melepas ciuman ini, tapi sebagian besar dirinya pasrah saja mengikuti ritme yang diberikan Mino.

Semakin terdorong tubuh Taehyun hingga berhenti tersudut menyentuh meja makan. Perlahan Mino melepas ciumannya dan menatap Taehyun dalam-dalam.

"Apa kau merasakannya? Apa kau bisa mendapatkan jawabannya?" Tanya Mino dengan suara beratnya. Ia mengusap rambut coklat Taehyun kemudian memeluknya.

"Apa ini sudah bisa jadi jawabannya?" Bisik Mino tepat di telinga Taehyun sambil memeluknya semakin erat.

Taehyun bisa merasakan detak jantung Mino di dadanya. Itu membuat jantungnya ikut berdetak kencang. Rasanya hangat sekali. Mereka hampir tidak ingat kalau pernah ada kenyamanan seperti ini. Perlahan Taehyun-pun membalas pelukan Mino.

"Aku benar-benar tidak akan melepaskanmu. Sekarang kau bisa yakin padaku dan aku bisa mempertanggungjawabkannya." Bisik Mino.

"Dasar kau sialan... saat kau menghilang, aku sudah berpikir hal terburuk. Kau pintar sekali mempermainkan diriku." Gumam Taehyun pelan sambil menenggelamkan wajahnya di bahu Mino.

Tidak hanya udara dingin menusuk yang berubah hangat. Senyuman; perasaan; sentuhan; hembusan nafas mereka malam itu rasanya telah menghangatkan seluruh sudut ruangan.

***

Malam semakin larut, waktu sudah menunjukan pukul 2 pagi. Namun Taehyun masih terjaga, ia duduk di lantai sambil menulis lirik diatas meja ruang tengah. Mino yang berbaring di sofa menemani Taehyun sedari tadi, mulai merasa ngantuk. Matanya berat tapi ia ingin menunggu Taehyun menyelesaikan pekerjaannya.

"Kau belum mau tidur?" Akhirnya Mino melontarkan pertanyaan.

"Aku belum ngantuk." Ucap Taehyun sambil tetap menulis kata-kata kemudian mencoretnya lagi.

"Dari tadi kau terus mencoret kata-kata yang sudah kau tulis. Jangan memaksakan..."

"Nanti hasilnya malah tidak maksimal dan jauh dari yang diinginkan. Begitu kan? Kau sering bilang seperti itu, aku ingat Mino." Ucap Taehyun sambil memutar badannya menghadap wajah Mino yang berbaring di sofa.

Built Your House Around MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang