Chapter 9 (End) | We're Feeling Alright

129 5 0
                                    

Taehyun menyeruput secangkir teh chamomile hangat di pagi hari dengan gelas keramik abu-abu favoritnya. Ditemani semilir angin yang masuk dari jendela persegi yang ia buka hampir separuhnya di ruang kerja atau biasa ia sebut 'studio kecil' kesukaan di dalam rumahnya.

"Sudah satu bulan. Taehyun, kau sudah memutuskan untuk membawa Mino di sesi interpersonal terapi-mu selanjutnya?" Tanya seorang terapis yang duduk di sofa ruangannya dari sebrang layar iMac milik Taehyun. Terapis muda yang cukup tampan. Ia menggunakan video call hari ini untuk bicara dengan Taehyun.

"Aku rasa... Aku sudah membaik tanpa membawanya di interpersonal terapi-ku itu."

"Kalau begitu mulai bicaralah padanya. Aku masih melihatmu terus menghindari Mino. Menghindari komunikasi dengan orang yang berhubungan dengan kesehatan mentalmu bukan jalan keluar. Kau sudah melangkah sampai sini, hanya tinggal sedikit lagi."

Taehyun terdiam, ia terlihat tenggelam dalam pikirannya untuk mengambil keputusan.

"Taehyun, aku melihat pola yang kau buat itu indirect. Kau cenderung menyimpan konflik dalam dirimu yang seharusnya dibicarakan dengannya. Ketakutan dalam dirimu tidak akan ada jawabannya jika yang kau lakukan hanya menjauh dan menerka-nerka. Terkadang asumsi itu berbahaya."

"Aku tau, aku akan bicara dengannya." Ucap Taehyun terpaksa.

"Pelan-pelan saja. Kurangi prasangka buruk tentang respon Mino. Aku mengerti prasangka dan emosimu sekarang itu terbentuk dari ingatan masa lalumu. Tapi kau bisa mengontrolnya, dengan berpikir positif pada apa yang akan kamu hadapi." Jelas sang Terapis.

"Berpikirlah bahwa dirimu akan baik-baik saja dengan respon yang nanti diberikan Mino. Dengan jawaban yang keluar langsung dari mulutnya, itu akan membuatmu jelas sehingga bisa mengambil langkah kedepannya." Tambahnya lagi.

Taehyun tersenyum kemudian mengangguk kecil.

"Baik, sampai bertemu. Jaga kesehatanmu Taehyun." Terapis itu kemudian menutup koneksi video call-nya dengan Taehyun.

Ia memandang layar ponsel miliknya dan membuka chat room dengan Mino, ternyata sudah sekitar beberapa minggu lalu ia membalas chat dari Mino. Itu-pun hanya balasan singkat 'hm, aku capek mau tidur.'

Taehyun kembali mematikan layar ponselnya, kemudian beranjak dari ruangannya. Dengan kaos putih polos sedikit oversize; hoodie abu-abu; celana jeans biru muda dan sepatu leather off white converse-nya, Taehyun memutuskan untuk pergi ke apartement Mino.

Ia harus mulai memberanikan diri mengungkapkan apa yang dirinya pendam. Entah itu rasa sayang atau-pun pertanyaan-pertanyaan di kepalanya tentang hal lain menyangkut hubungan mereka.

"Ah... Aku benci selalu bertanya langsung tentang ini. Dasar Mino tidak peka." Gumam Taehyun sambil melangkah menuju apartement Mino.

***

Tok Tok! Sudah sekitar 10 menit Taehyun mengetuk pintu apartement Mino, tapi tidak ada respon dari dalam. Entah berapa lama lagi dirinya harus menunggu. Jam 8 pagi biasanya Mino memang sudah bangun, atau ia sedang mandi jadi ketukan pintunya tidak terdengar. Begitu pikir Taehyun.

Melangkah kembali kemudian hendak menekan tombol lift untuk turun, tiba-tiba pintu lift dihadapannya terbuka. Mino berdiri di dalamnya sambil memutar-mutar sedikit bahunya karena pegal dan kaku, wajahnya terlihat sedikit kusut walaupun tetap tampan bagi Taehyun.

Saat mau melangkah keluar Mino-pun menyadari seseorang berdiri dihadapannya. Mimiknya sedikit berubah saat menyadari yang berdiri dihadapannya adalah Taehyun. Sedikit kaget, sampai-sampai keduanya mematung. Mereka baru bergerak saat pintu otomatis lift hampir menutup.

Built Your House Around MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang