7

14 5 1
                                    

Menyebalkan sekali. Aku kira, saat senior itu pergi aku akan terbebas dari hukuman. Rupanya tidak. Senior lain mendatangiku, yang aku tahu ia lah ketua OSIS di SMAku sekarang. Dan aku juga baru tahu, kalau senior mengesalkan tadi adalah bagian kedisiplinan. Pantas saja sikapnya itu sok disiplin.

Setelah menyelesaikan hukuman dengan sedikit kesusahan karena kaki yang sedikit pincang, akhirnya aku dibolehkan pulang.

Aku sempat kesal karena tidak mendapatkan toleransi. Katanya, "Yang melanggar aturan pasti kena hukuman. Kamu yang melanggar, jadi kamu yang harus melaksanakan konsekuensinya tanpa toleransi apapun. Yang salah tetap salah. Kamu harus mengerti itu." aku mengagguk saja. Ucapannya memang benar, tapi ya hukumannya itu memang sedikit mengesalkan untukku.

"Ya sudah, kamu boleh pulang." ucapnya kemudian.

"Baik, terima kasih, kak. Saya pamit."

"Ya. Lain kali jangan melanggar lagi, oke."

Aku mengagguk sebagai jawaban kemudian pulang.

Lega rasanya, akhirnya aku bisa beristirahat. Sambil menunggu angkot, aku duduk di halte dengan bosan. Beberapa saat kemudian, seorang pedagang dengan gerobaknya lewat di hadapanku. Aku cukup terkejut saat melihat pantulan penampilanku di kaca gerobak itu. Ternyata wajahku sudah sangat mengerikan, dengan keringat yang sudah menghiasi dahiku. Kunciran rambutku pun sudah sedikit melonggar. Tapi, sudahlah, aku tak begitu peduli. Yang aku inginkan sekarang, hanya pulang. Kemudian beristirahat dengan tenang.

Agina & Agintara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang