2

25 7 3
                                    

Agi sudah pergi. Tapi aku gak bisa terus-terusan sedih. Aku harus tetap melanjutkan hidupku. Lagi pula, aku akan menempuh jenjang SMA yang katanya di masa itu, adalah masa yang paling indah. Tapi kalau tanpa Agi? Memang akan tetap menjadi indah?

Entahlah...

Aku akan berusaha melupakan teman kecilku itu. Oh, tidak-tidak. Bukan melupakan dirinya. Tapi melupakan kesedihan dan fakta kalau sekarang dia tak lagi ada di sisiku. Aku harus terus berjalan kedepan, kan. Bukan malah terus melihat kebelakang, meratapi apa yang tidak mungkin ada di sini sekarang.

Duk

Suara benda jatuh menyadarkan lamunanku. Ternyata, salah satu snack ditanganku terjatuh.

Baru saja aku akan mengambil snack itu, sebuah tangan sudah lebih dulu mengambilnya dan memberikannya padaku, yang langsung aku terima tanpa melihat siapa yang membantuku itu.

"Terima kasih." ucapku seraya meninggalkan orang itu.

Aku enggak tahu dia siapa. Tapi sepertinya laki-laki. Entahlah. Aku gak ingin terlalu memikirkannya.

***

Besok lusa, aku mulai masuk SMA. Di sebuah sekolah negeri favorit di Bandung. Di daerah buah batu tepatnya. Aku sangat bersyukur bisa masuk ke sekolah itu. Karena memang sangat sulit dan standar masuk ke sekolah itu sangat tinggi. Di sekolahku itu, didominasi oleh siswa siswi yang cerdas. Aku tidak yakin pada diriku sendiri untuk berprestasi nanti. Apa aku bisa?

Sepulang dari mini market, aku melewati sekolah baruku itu. Hanya ingin melihat walau hanya gerbang depannya saja.

Aku selalu membayangkan, jika Agi bisa bersekolah di sini denganku. Itu memang cita-cita kami dulu. Tapi nyatanya, tidak terwujudkan.

"Agi, kalau saja kita bisa sekolah bersama di sini. Pasti akan sangat menyenangkan, ya."

Agina & Agintara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang