[12.10]
DALAM sebuah pesawat terbang pribadi, Anggita masih memeroleh akses untuk melakukan panggilan telepon. Ia harus tetap memegang kendali, mengawasi semua yang dilakukan oleh para anak buah kepercayaannya.
Ia sudah mengutus tiga anak buah terbaiknya, dengan agenda rahasia khusus. DNTP tidak boleh tahu ia gagal membunuh Ivan dan menjaganya tetap mati. Atasannya pun tak bisa tinggal diam. Ia akhirnya menyuruh Anggita turun tangan.
Dan kini Anggita terpaksa turun tangan.
Panggilan telepon via jaringan tertutup itu akhirnya diangkat oleh Dewa.Anggita meminta laporan pengejaran Ivan yang terlacak di Museum Jenderal Besar Sudirman. Dan Anggita mendapat berita buruk.
"Apa?" bentaknya, "bagaimana bisa Ivan lepas dari tangan kalian?”
“Dua personil kita ditumbangkan. Dan ada yang lebih parah lagi.”
Anggita tak sanggup menahan apa pun lagi. “Tolong tahan berita buruk itu hingga aku tiba di sana.”
“Tapi ini mendesak. Kami menemukan Felix di hutan, terluka parah. Dia tidak bersama Ivan lagi.”
Anggita mengakhiri panggilan. Ini tidak bisa dibiarkan. Felix adalah satu-satunya harapan yang dimiliki Anggita selama ini, agar rencananya bisa berjalan sesuai yang dia harapkan. Ivan sudah kelewat batas.
Anggita menoleh dan melihat sayap pesawat menggores permukaan awan seputih kapas. Ia kini lebih dekat dengan langit, tempat ke mana ia selalu menengadah mengadukan nasibnya.
Anggita mengingat kembali momen tak terlupakan saat ia berkesempatan berjumpa dengan Ivan, setelah dirinya terpilih untuk mengepalai komando perlindungan DNTP, atas penelitian Ivan dan badan yang dipimipinnya.
"Saya sangat senang bertemu dengan Anda, Pak Ivan.”
Mereka duduk berhadapan di salah satu ruangan di laboratorium rahasia DOBW.
"Tapi saya yakin bukan sebagai penggemar, betul?” Ivan menimpali.
“Bukan," Anggita mengakui, "jujur, saya sama sekali tidak tertarik pada bidang Anda. Namun saya terkesan dengan tekad Anda yang begitu kuat," Anggita melambai pada laboratorium tempat mereka berada, "sehingga penelitian Anda dapat berdiri dan didukung dengan sedemikian kuatnya.”
Ivan mengangguk. “Terima kasih pula untuk bantuannya, Bu Anggita. Saya harap kita bisa menjalin kerja sama yang baik.”
“Kita berdua sama-sama menyandang senjata untuk membela negara ini," jelas Anggita mantap. "Saya senjata fisik untuk pertahanan dan Anda adalah bagian senjata biologis.”
“Dan," imbuh Ivan, "baik saya maupun Anda bekerja di balik bayangan.”
“Keberadaan kita sama sekali tidak boleh diketahui oleh siapa pun," Anggita menegaskan, menatap Ivan tajam. "Baik proyek saya maupun Anda adalah rahasia yang harus disimpan rapat-rapat. Anda paham, bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Sides of a Coin
Mystère / Thriller"Tahukah Anda, di mana sisi ketiga dari sekeping koin?" Dunia pengetahuan gempar atas kecelakaan maut yang menimpa seorang peneliti muda, ahli patogen, Profesor Dimitri Ivanosky. Ada yang janggal dalam kematiannya, disusul dengan ilmuwan-ilmuwan mud...