"Bagaimana rapat nanti?" Mata Chanyeol melirik Kai, sekertaris kepercayaannya.
Kai membuka ipad di tangannya, lalu memberitahukan tentang jadwal Chanyeol hari ini. Nanti siang dia harus menghadiri rapat pimpinan. Tentu saja akan ada ayahnya di sana, dan dia mendesah kesal mengingat hal itu.
"Kau tidak bisa membatalkannya, tapi kau bisa tidak hadir. Bilang saja kau sedang sakit, pasti yang lain akan maklum," tawar Kai. Chanyeol menggeleng. Kemarin ayahnya sempat memberitahu akan ada hal penting di rapat ini, dia bisa dibunuh jika tidak hadir.
"Siapkan jas favoritku. Walau pun kesal, aku harus terlihat sombong di depan orang tua itu."
Kai terkekeh pelan.
"Bagaimana pun juga orang tua itu ayah biologismu, bukan?"
"Cih, ayah macam apa yang hobi sekali mengancam anaknya." Kai kembali tertawa, dia senang sekali menggoda Chanyeol. Mereka satu kelas saat kuliah pascasarjana di Jerman. Kai hafal betul bagaimana Chanyeol selalu mengeluh tentang ayahnya setiap hari. Siapa sangka, ayah Chanyeol adalah atasan yang paling dihormati oleh ayahnya.
Beberapa saat kemudian, seorang pria masuk ke ruangan Chanyeol untuk mengantarkan jas. Chanyeol menatap jas mahal di tangannya, jas yang paling dia sayangi.
Baiklah, Chanyeol akan bersiap bertemu pria tua itu.
===
Harus menghadiri rapat yang sama dengan ayahnya saja sudah cukup membuat Chanyeol kesal. Lalu bisikan Kai yang mengatakan bahwa Rose juga akan hadir membuat Chanyeol semakin geram.Bagaimana mungkin dia bisa lupa. Rose adalah wanita karir yang dihormati banyak orang-kecuali dirinya. Park Jae Yook tentu telah menyiapkan putrinya ini sebagai penerus dengan kualitas tinggi. Apalagi Rose kuliah di tempat yang sama dengan Chanyeol, kampusnya terkenal melahirkan pebisnis yang tak bisa dipandang sebelah mata.
"Percepat langkahmu," ujar Kai menyadari Chanyeol yang tampak malas melangkah menuju ruang rapat.
Dua orang karyawan membukakan pintu begitu Chanyeol datang. Ruang rapat ini bisa dibilang ballroom ukuran mini. Mewah dengan banyak ornamen mahal, Chanyeol sendiri yang mendesain interior ruangan ini.
Mata Chanyeol melirik satu persatu jajaran direktur dan pemegang saham tertinggi yang berdiri menyambutnya. Chanyeol tahu benar sebagian dari mereka hanyalah penjilat yang memanfaatkan kekuasaannya, bukan murni karena tertarik dunia bisnis.
Ruangan ini didominasi laki-laki. Hanya ada beberapa wanita di sini, termasuk Rose di barisan kiri Chanyeol. Mata Chanyeol memandang Rose sebentar, entahlah, rasanya berbeda. Rose sebagai perempuan baik-baik yang dijodohkan dengannya sangat berbeda dengan Rose yang seorang wanita karir. Wajah Rose tampak serius meski senyuman tipis tergores di bibirnya.
"Akhirnya kau datang juga Tuan Chanyeol Park," sambut seorang pria berjas yang hanya dibalas anggukan singkat dari Chanyeol. Chanyeol kemudian duduk untuk memulai rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIND-
FanfikceChanyeol menikah dengan Rose bukan karena keinginannya sendiri. Jika bukan karena ancaman ayahnya, ia tidak akan pernah sudi menikah dengan wanita itu. Bagi Rose, pernikahan ini kebahagiaan. Dia bisa memandang wajah Chanyeol dari dekat. Wajah Chany...