"Buatkan satu americano dan satu latte." Rose mengerjap mendengar permintaan Chanyeol yang sekarang berada di dapur bersamanya. Selama ini, Chanyeol selalu enggan memakan masakannya, ia juga tak pernah meminta dilayani dalam bentuk apa pun.
"Dua minuman?" tanya Rose memastikan.
Chanyeol berdecak. "Tentu saja! Kau pikir aku mau melihat Wendy-ku kehausan?"
Rose menggigit bibir mendengar jawaban Chanyeol. Benar juga, sejak semalam wanita itu masih setia di kamar Chanyeol. Entah apa yang mereka lakukan. Yang jelas, Rose menutup telinga rapat-rapat dengan bantal agar tak mendengar sesuatu yang membuatnya risih.
"Hei, kau mengerti, kan?"
"I, iya, aku akan segera membuatnya."
Chanyeol berbalik dan menuju kamar ketika Rose telah menyanggupi permintaannya. Rose yang ditinggal sendiri bergegas membuatkan pesanan Chanyeol.
Dengan tangan membawa nampan berisi dua cangkir di atasnya, Rose agak kesulitan mengetuk pintu kamar Chanyeol. Untunglah pintu kamar segera dibuka setelah dia mengetuk beberapa kali.
Sungguh, doa yang sedari tadi Rose rapalkan tidak terkabul sama sekali. Dia berharap Chanyeol yang menerima nampan ini dan dia bisa segera bersiap ke kantor. Namun yang dia dapati adalah Wendy dengan bathrobe di badan.
Wendy mengambil nampan itu sedikit kasar, ia lalu segera masuk ke kamar tanpa mengucapkan terima kasih sama sekali. Rose mendengus, dia adalah nyonya rumah ini, lalu kenapa diperlakukan begini?
====
Chanyeol melirik kesal ke ayahnya yang menatapnya tajam. Dari raut wajahnya, jelas sekali Tuan Park sedang marah arh besar.
"Bisa-bisanya kau membawa jalang itu ke rumah istrimu, hah?!" Tuan Park berteriak keras. Chanyeol bersyukur memiliki ruang kerja yang cukup kedap suara.
"Aku sangat tidak mengerti jalan pikiranmu. Kau gila? Tidak, wanita murahan itu pasti telah mencuci otakmu."
"Bisakah ayah berhenti menjelek-jelekkan Wendy?" Chanyeol menggeram, tak terima pujaan hatinya disalahkan.
"Apa yang telah dilakukan wanita itu hingga kau sangat membelanya, Park Chanyeol?"
"Tidak ada. Aku hanya sangat mencintainya. Dan sampai kapan pun aku tidak akan mengubah fakta itu. Kalau bisa, aku akan menceraikan Rose secepatnya."
"Jangan harap kau bisa melakukan itu. Aku tidak akan pernah membiarkanmu menceraikan Rose. Jika bukan karena menantuku yang meminta, kau akan tetap menjadi suami Rose sampai kapan pun," ujar Tuan Park tegas. Ia kemudian keluar meninggalkan Chanyeol yang mengacak rambutnya frustrasi.
Sejak dia kecil, ayahnya adalah orang yang cukup otoriter. Dia harus menuruti apa pun kemauan pria tua itu. Mereka pernah bertengkar hebat saat Chanyeol menolak meneruskan perusahaan keluarga dan memilih mendirikan perusahaannya sendiri. Setelah melewati perdebatan panjang, Tuan Park akhirnya setuju asal perusahaan Chanyeol diakuisisi menjadi anak perusahaannya.
Dan sekarang, Chanyeol tak akan pernah bisa membujuk ayahnya. Diajak berdebat seperti apa pun, Wendy tak akan pernah diterima oleh keluarganya. Tidak oleh ayahnya, kakaknya, atu bahkan sang ibu yang biasanya membela Chanyeol.
"Sepertinya kau sebentar lagi menjadi gila." Kai terkekeh di depan pintu ruangan Chanyeol yang terbuka. Ia melangkah masuk dan dihadiahi pukul ringan di lengannya.
"Jangan mengejekku."
"Kau sudah tahu semua akan jadi begini, lalu kenapa kau masih nekat. Dan apa tadi? Memasukkan Wendy ke rumahmu? Apa kau gila? Rose sangat baik karena jika aku yang melakukannya, Krystal tidak akan membiarkanku hidup."
"Kau tidak akan pernah melakukannya karena kau mencintai istrimu, bodoh."
"Kalau begitu kenapa kau tidak mencoba mencintai Rose, wahai Tuan Chanyeol Park?"
Chanyeol mendesis, dia segera mengusir Kai sebelum suasana hatinya semakin memburuk.
===
Rose baru pulang dari kantor saat mendapati mobil suaminya telah berada di garasi. Jarang sekali Chanyeol pulang lebih dulu daripada dia. Rose bergegas masuk ke dalam rumah.Bagitu dia memasuki rumah mewahnya, dia mendapati Chanyeol sedang duduk di ruang keluarga. Entah keluarga siapa yang dimaksud untuk menamai ruangan ini. Chanyeol duduk di sofa dan menatap lurus ke TV yang tak dinyalakan. Tangan Chanyeol terlipat di dada dan badannya masih terbalut pakaian kantor.
"Kau sudah pulang?" tanya Rose membuka percakapan. Chanyeol tidak segera menanggapi, dia menghela nafas beberapa kali sebelum bangkit dan berjalan ke arah Rose.
"Cha.. nyeol, kau kenapa?" Rose menggigit bibir. Dia dan Chanyeol sudah sepakat untuk menghilangkan embel-embel Kak di panggilannya.
"Kau yang mengadu pada ayahku, kan?" Tatapan Chanyeol yang berdiri tak sampai satu meter di depannya menghunus Rose tajam.
"Aku tidak mengerti maksudmu," ucap Rose jujur.
"Jangan berpura-pura!" Chanyeol berteriak dan tangannya telah mencengkeram kuat lengan Rose.
"Chanyeol sakit." Rose meringis saat lengannya diremas kuat.
"Sakit?" Chanyeol terkekeh. "Biar kuperlihatkan apa itu sakit."
Chanyeol menyeret Rose kasar. Rose dengan susah payah mengikuti langkah Chanyeol yang lebar dan cepat. Mereka naik ke atas, masuk ke kamar Rose.
"Akh!" Rose memekik saat Chanyeol melemparnya ke ranjang. Tangan kananya yang tadi bebas terantuk kepala ranjang dan Rose yakin besok akan membiru.
Rose baru ingin berbicara saat Chanyeol menarik tubuhnya hingga ia berbaring sepenuhnya. Chanyeol sendiri telah naik ke ranjang dengan posisi di atasnya.
"Apa yang kau lakukan?" Rose menjadi sangat gugup dan takut saat Chanyeol membuka dasinya dan mengikat tangan Rose ke jalinan kayu kepala ranjang.
Rose memberontak ketika tangan besar Chanyeol berusaha membuka kancing kemeja satin yang ia kenakan. Chanyeol tak menggubris protes yang keluar dari bibir merah muda itu. Dia telah membuat Rose setengah telanjang dengan bra dan celana dalam.
"Chanyeol berhenti." Rose hampir menangis ketika tangan Chanyeol bergerak membelai tubuhnya, ada perasaan nikmat sekaligus tidak nyaman ketika Chanyeol melakukan itu.
Chanyeol kemudian membuka bra Rose, lalu memainkan payudaranya dengan tangan. Rose menggeliat, dia berusaha mati-matian menahan desahan.
Plak! Tamparan di paha Rose diberikan Chanyeol ketika perempuan itu mengeluh untuk kesekian kalinya.
Tangan Chanyeol kini mulai meraba celana dalam hitam yang dipakai Rose, dia mengelus pelan kepunyaan Rose, membuat perempuan itu memejamkan mata.
Chanyeol terus menggoda tubuh Rose hingga perempuan itu kemudian menggigit kuat bibirnya, dan tubuhnya akan mengejang. Tapi gerakan Chanyeol langsung berhenti ketika Rose hampir orgasme.
Tubuh Rose memberi respon tak suka. Ada sesuatu yang tertahan di tubuhnya, ada sesuatu yang harus ia tuntaskan namun tidak diizinkan Chanyeol.
Semalaman Chanyeol melakukan itu. Menggoda tubuh Rose dengan kedua tangannya lalu segera berhenti ketika Rose hampir mencapai puncak. Dan bagi perempuan seperti Rose yang belum pernah disentuh lelaki, perbuatan Chanyeol itu sangat menyiksanya.
Chanyeol baru berhenti ketika mata Rose memerah karena tangis dan bibirnya tak sanggup lagi memprotes semua perbuatan Chanyeol.
"Jangan bermain-main denganku, perempuan licik." Chanyeol memegang rahang Rose. Rose hanya bisa menatap Chanyeol sayu. Chanyeol lalu melepas ikatan Rose kasar sebelum meninggalkan gadis itu.
Rose menggigil. Dia merasa jadi wanita kotor. Dia dilecehkan secara seksual oleh suaminya sendiri. Rose memang ingin melayani Chanyeol seperti istri-istri normal di luar sana, tapi bukan begini caranya.
====
Plis banget jangan lupa vote dan komen. Soalnya jumlah reders sama comments jauh 😭 aku makin semangat kalau dikomen
KAMU SEDANG MEMBACA
FIND-
Fiksi PenggemarChanyeol menikah dengan Rose bukan karena keinginannya sendiri. Jika bukan karena ancaman ayahnya, ia tidak akan pernah sudi menikah dengan wanita itu. Bagi Rose, pernikahan ini kebahagiaan. Dia bisa memandang wajah Chanyeol dari dekat. Wajah Chany...