Lesti duduk di sebelah Fildan saat mereka melaksanakan makan malam. Tegang. Itulah yang dirasakan oleh Lesti saat berhadapan dengan orang tua Fildan. Lesti sempat menata lagi make up nya agar tidak terlalu dikenali oleh orang tua Fildan.
"Jadi siapa ini Fildan?"tanya papa Beni.
"Namanya Ale pa.."jawab Fildan.
"Temen kuliah?"
"Bukan pa, waktu itu nggak sengaja tabrakan di jalan.. Terus lanjut deh jadi temenan.."
"Ale kuliah atau masih sekolah? Wajahnya imut sekali.."tanya mama Aida membuat Lesti tersipu.
"Insyaallah tahun ajaran depan masuk kuliah tante.."jawab Lesti.
"Oh masih mau kuliah ternyata, kok mau sih sama Fildan?"goda mama Aida.
"Maksudnya mau tan?"tanya Lesti bingung.
"Kok mau temenan sama Fildan maksudnya itu.."
"Ooohh.. Kirain yang lain.. Hehe.."ucap Lesti seraya menyunggingkan senyum tipisnya.
"Yang lain juga nggak papa kok.."ucap mama Aida.
Lesti tertegun dengan ucapan mama Aida, dia merasa kalau mama nya Fildan itu seolah memberikan lampu hijau kepadanya.
"Eh.. Mm.. Eng..enggak lah tan, kita cuma temenan kok.."jawab Lesti tergagap.
"Lebih juga nggak papa kok.."sahut papa Beni.
"Papa ih, udah ah ngobrolnya nanti dulu.. Perut Fildan udah di demo sama cacing nih..."ucap Fildan menghentikan pembicaraan.
"Ish anak mama ini ya, ganggu momen camer sama calon menantu aja.."tukas mama Aida sebal.
Lesti hanya bisa tersenyum melihat interaksi Fildan dan kedua orang tuanya. Lesti tidak tahu harus berkata apa karena saking senangnya. Dia senang karena orang tua Fildan tak seperti bayangannya ya meskipun masih sedikit tak percaya jika dua orang yang dikaguminya itu adalah orang tua dari pria yang dicintainya.
Papa Beni pun memulai makan malam sederhana mereka, selama makan malam berlangsung tidak ada obrolan sama sekali, semua orang begitu menikmati makanan masing-masing. Sesekali mama Aida membuka obrolan dengan Lesti, sekedar basa-basi tentang rasa masakan buatannya atau bertanya hal kecil lainnya.
Setelah selesai makan malam, papa Beni mengajak semua orang untuk duduk di ruang keluarga dan melanjutkan obrolan mereka yang tertunda. Lesti semakin nyaman berada diantara keluarga Fildan.
"Kalo diliat-liat Ale ini mirip seseorang nggak sih ma?"tanya Papa Beni.
"Mirip siapa pa?"
Lesti mulai ketakutan saat papa Beni mulai membahas kemiripannya dengan seseorang.
"Itu loh ma, anak kita di akademi.."jawab papa Beni.
"Anak kita banyak pa.. Yang spesifik dong.."sungut mama Aida.
"Bahas apa sih?"tanya Fildan yang baru bergabung.
"Ini loh, kata papa si Ale mirip sama seseorang.."jawab mama Aida.
"Perasaan papa aja kali.. Ale tuh satu-satunya tau.."ucap Fildan.
Lesti tersipu malu saat Fildan mengatakan jika dia adalah satu-satunya. Senang tak bisa dibendungnya hingga sebuah senyuman tercetak dibibirnya.
"Liat tuh sayang, pipi Ale merah tuh gara-gara kamu ngomong gitu.."ucap mama Aida.
"Eh enggak kok tante.."sanggah Lesti.
"Malu-malu dia ma, oh iya pa, ma, Fildan mau ajak Ale ngobrol bentar di taman ya.."pinta Fildan.
"Ah kamu ini selalu saja mengganggu kebersamaan kami.."rajuk mama Aida.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTAGE BACKSTREET (FIN✔)
Fanfic"Mereka hanya mengetahui kehidupan panggungku, tapi pernah kah mereka berpikir bagaimana aku di backstage?" -Lesti- "Kenapa semua orang menyukai kehidupan artis sih? Tidak tahukan mereka jika dibalik senyum manis di atas panggung itu ada perasaan ya...