7B

199K 4K 83
                                    

"Kamu mau saya pecat. Terus saya tinggalin kamu dijepang dan diculik?" Ancam Revan menakuti.

Reisya seketika panik. Dan segera mengerjakan tugas nya untuk menyuapi Revan. Mata Reisya meneliti segala ruangan Revan dan tertuju pada sebuah undangan kecil berbentuk persegi yang terlihat mewah.

"Undangan dari siapa?" Tanya Reisya kepada Revan seraya melirik undangan yang ada pada meja kecil di samping tempat tidur Revan.

Revan melirik undangan yang dimaksud Reisya. Ekspresi Revan seketika berubah. Tak bisa dijabarkan. Reisya melihat perubahan ekspresi Revan yang terlihat sendu.

"Teman." Kata Revan singkat.

"Kapan, pak? Apa saya boleh ikut?" Tanya Reisya beruntun.

Revan melirik Reisya dalam.
"Saya gak berniat datang."

"Kenapa? Nikahan mantan ya pak?" Ledek Reisya yang sukses membuat Revan menghentikan kunyahannya.

"Minum." Pinta Revan.

Reisya segera menyodorkan segelas air mineral, yamg langsung diminum Revan. Setelahnya Revan menidurkan diri, menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut tebal.

Reisya yang sadar akan perubahan Revan, jadi tak enak hati. Mungkin benar itu mantannya Revan. Atau bahkan lebih dari seorang mantan?

"Maaf pak Revan. Saya tidak bermaksud lancang." Kata Reisya meminta maaf

Revan membuka selimutnya pelan. "Kamu mau temani saya ke acara itu minggu ini?" Tanya Revan pada Reisya.

Reisya tersenyum. Ia belom pernah menghadiri pernikahan yang di gelar di Jepang dan mungkin ada pernikahan ala Jepangnya, yang mengasyikan untuk dilihat.

"Boleh pak?" Tanya Reisya.

"Boleh saja. Tapi ada syaratnya." Jawab Revan.

Reisya mengangguk." Apa?"

"Tidur dengan saya malam ini."

***

Kamar Revan
22.56 malam
Reisya sudah nampak tertidur.
Berbeda dengan Revan yang masih setia meneliti seluruh wajah dan tubuh milik Reisya yang saat ini tengah tertidur.

Revan bingung dengan perasaannya. Bingung juga tentang niatan menjebak Reisya yang sebentar lagi akan ia lakukan. Mungkin pada malam pesta pernikahan yang ingin Reisya hadiri akhir minggu ini.

Revan teringat percakapan dengan temannya di telpon kemarin. Temannya sudah mengirim obat yang Revan pesan dan kemungkinan besok akan sampai ke Jepang.

"Jangan benci saya Reisya. Saya mohon. Apalagi berniat untuk jauh dari saya." Ucap Revan.

"Keputusan saya membuat kamu hamil sudah bulat."
Guman Revan seraya merapikan anak rambut Reisya.

"Kamu tidak menyukai saya, susah dan butuh waktu lama untuk membujuk hati kamu mau menerima saya. Apalagi kamu anti yang namanya menikah dengan lelaki playboy seperti saya."

"Ini satu-satu nya cara agar saya terhindar dari pernikahan paksa papah. Bantu saya,rei." Guman Revan seraya mengecup kening Reisya.

Disibak Revan selimut yang menutupi tubuh Reisya. Terpampang jelas lekukan tubuh reisya yang tengah mengenakan piyama tidur satin nya. Revan masih ingat piyama ini adalah satu-satunya piyama tertutup yang Revan berikan saat ulang tahun lalu Reisya.

Sebenarnya ada banyak yang Revan hadiahkan untuk wanita dihadapannya ini. Termasuk lingerie tidur yang seksi pengunggah selera Revan. Tapi Reisya tak pernah memakainya dihadapannya.

Revan tertawa kecil mengingat betapa mesum dirinya. Apalagi tingkatannya akan bertambah kalau terus berdekatan dengan Reisya. Revan meraba sebagian dada Reisya pelan, jangan sampai Reisya terbangun dan mengutuk dirinya.

"Oke, saya temani bapak tidur. Hanya temani! Inget, bapak gak boleh modus ya."

Revan tertawa sendiri, karena perbuatannya yang melanggar janji nya pada Reisya. Tunggu, Revan tidak berjanji. Hanya mengiyakan saja.

Setelah meraba bagian dada Reisya, Revan tak cukup hanya sampai disitu. Ia segera mendaratkan kecupan-kecupan kecil pada wajah Reisya. Tampak kegelisahan dari raut wajah Reisya yang sedang tidur.

"Jangan nakal dan cari laki-laki lain. Saya mungkin bakal marah sejadi-jadinya."

"Bukan karena cemburu Reisya. Itu semua hanya bentuk penjagaan saya untuk sekretaris yang sudah lama sekali mengabdi pada saya, ingat." Bisik Revan mengingatkan

Selanjutnya, bibir Reisya lah yang dilumat habis oleh Revan dengan perlahan, takut pemiliknya akan terbangun.

"Ehmn." Lirih Reisya dalam tidurnya.

Mendengar desahan Reisya membuat Revan semakin diselimuti kabut gairah.

"Tahan Revan..!" Guman Revan pada dirinya sendiri.

Revan tak kuat, dan tanpa ia sadari ia tengah membuka resleting celana nya sendiri.

Bonus V-ebook.

Sekretaris Revan⚠️ [end] #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang