"RAIN!!!" teriakan nyaring dari Febi membuat Rain melambaikan tangannya.
Febi berlari yang disambut pelukan hangat dari Rain. Keduanya mengumbar senyum. Melepas peluk, saling bertatap lama. Sebelum Rain mengeluarkan suara, "Kangen sama Bandung?"
"Banget! Kamu tahu enggak? Bos aku mindahin aku kerja di Bandung," ujar Febi girang.
Rain ikut senang mendengarnya. Itu artinya Febi bisa menjadi temannya, "Kalau gitu kamu tinggal aja sama aku. Lagipula rumahku terlalu luas buat aku sendiri."
"Beneran? Kamu enggak keberatan?!" Rain mengelengkan kepalanya.
"Ke rumahku dulu naruh barang kamu. Terus nanti kamu kuajak ketemu sama pacarku," ujar Rain.
Febi sepertinya menikmati suasana jalan. Tak henti-hentinya senyum di wajah Febi merekah. Rain juga demikian menjelaskan singkat tempat yang ia ketahui sejarahnya.
"Dulu kamu ke Bandung tinggal di mana?" tanya Rain.
"Aku pulang ke Medan, Rain. Lalu aku kembali lagi ke Jogja. Waktu aku di Bandung, aku tinggal di rumah teman lamaku itu."
Rain mengisyaratkan Febi untuk kembali membawa barangnya. Keduanya sudah sampai di halte dekat rumah Rain, "Rumahku seratus meter dari sini."
"Oke...emmm...Rain, Awan gimana?" tanya Febi.
"Nanti aku ceritakan sampai rumah."
Febi mengangguk. Ia berjalan sejajar dengan Rain. Sampainya di depan rumah Rain mempersilahkan Febi untuk masuk, "Maaf ya Feb, rumahku sederhana."
"Ini lebih dari cukup. Kamu mau nampung aku aja aku udah seneng Rain."
"Ini kamar kamu, kamu beres-beres dulu sana. Biar aku buatin kamu teh hangat," ujar Rain.
Ruang kamar yang Febi tempati sudah Rain bersihkan. Febi melihat foto-foto lama yang masih menempel di dinding kamar. Ada foto Rain waktu kecil dan foto Rahayu, mama Rain.
"Feb! Teh mu keburu dingin nih!" teriak Rain dari ruang tamu.
"Bentar!"
Febi segera berganti pakaian lalu menemui Rain. Rain sudah duduk di sofa dengan teh hangat di tangannya. Ia menyeruputnya perlahan.
"Sori ya Rain aku jadi ngrepotin," ujar Febi.
"Enggak kok, kamu minum tehnya." Rain kembali menyeruput teh di depannya.
Keadaan hening, Rain menatap ke arah Febi, "Kemarin Awan datang ke tempat kerjaku. Dia bilang suka sama aku."
Mendengar ucapan Rain membuat Febi sedikit tersedak, "Kmau serius?! Terus?"
"Aku bilang, aku udah punya pacar. Dia mau memberiku penjelasan, tapi aku menolak. Menurutmu gimana Feb?"
"Kenapa kamu enggak mau dengerin dia? Kamu masih ada rasa sama Awan, Rain?" tanya Febi.
Tidak, Rain sudah melupakannya, "Feb, percuma aku dengerin penjelasan dia. Enggak ada lagi yang bisa diubah."
"Aku tahu kamu udah punya pacar Rain. Tapi, kamu juga perlu mendengarkan penjelasan Awan. Kalian masih temankan," ujar Febi.
Kenapa semua orang berkata demikian? Arjuna, Febi keduanya sama-sama menyuruh Rain mendengarkan Awan.
"Rain, coba saja dulu."
Rain mengangguk, "Nanti aku coba. Oiya nanti sore aku ajak kamu ketemu sama pacarku ya."
"Udah dua kali kamu ngomong Rain. Untung kamu itu temanku," ujar Febi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR [Lengkap]
Teen FictionDi bumi manusia itu aneh. Menginginkan hujan, tapi takut kehujanan. Menyukai panas, tapi tidak mau kepanasan. Seperti halnya Rain yang membenci hujan. Karena hujan adalah kebencian dan petir adalah ketakutan. Bukan berarti ia juga menyukai panas. Ia...