08; kecewa

795 102 0
                                    



"Awan, biar aku yang nganter kamu pulang ya," ucap Luna membantu Awan membereskan barang-barangnya.

Diamnya Awan membuat Luna sadar. Lelaki itu masih kecewa atas perbuatannya, "Apa kata maaf belum bisa buat kamu kayak dulu lagi?"

"Apa kata bosan enggak bisa buat kamu pergi?"

"Aku mau memperbaiki semuanya Wan."

Awan berjalan keluar diikuti Luna dari belakang. Walau beberapa hari ini sikap Awan semakin menyakiti hati Luna. Luna tetap bertahan. Ini semua kesalahannya. Luna ingin hubungannya dengan Awan kembali seperti dulu. Luna ingin belajar memahami Awan tanpa membandingkan lelaki itu dengan orang lain. Luna ingin mencoba seperti yang Rain bilang.

"Wan, kamu udah boleh pulang?" tanya Rain yang baru saja masuk ke rumah sakit dan sialnya justru ia bertemu dengan Luna yang sedang menatapnya.

"Udah, anterin aku pulang ya."

Rain melihat Luna yang ada di belakang Awan sedang menundukkan kepala, "Em...aku ke sini kan naik angkot, gimana aku mau nganterin kamu? Luna mungkin bisa nganterin kamu."

Awan melihat ke belakang, tepat saat Luna mengangkat wajahnya, "Oke aku mau, tapi kamu juga ikut ya Rain?"

"Aku ikut?" Awan menganggukkan kepala, "Duh maaf Wan, aku udah janjian sama Arjuna."

Luna tersenyum ke arah Rain. Ia tahu Rain sedang berbohong untuknya, "Ayo pulang."

Rain menatap perginya dua manusia itu. Mata Rain bisa menangkap raut tidak suka dari Awan saat Rain menyebut nama Arjuna. Rain hanya tidak mau ikut campur dalam hubungan mereka.

Tidak mungkin aku hadir sebagai orang ketiga. Sebab aku masih ingin jadi peran utama, batin Rain.

===

Mobil Luna begitu hening. Tidak ada percakapan yang terjalin. Awan membuang muka menatap jalanan. Sedangkan Luna mencoba berkonsentrasi berkendara. Dulu hampir tidak pernah mereka berhenti bicara. Sekedar bercerita perihal kuliah Luna atau hasil foto Awan yang dibeli orang.

"Dulu di lampu merah itu kamu dengan sengaja nabrak aku. Modusmu biar bisa dapat nama sama nomor handphone ku," Luna membuka percakapan.

"Karena mobilku harus di bawa ke bengkel. Sebagai tanggung jawabnya kamu yang antar jemput aku kuliah. Ternyata mengenang enak ya Wan."

Luna masih mencoba memancing Awan untuk bicara, "Semua orang pernah dikecewakan Wan dan semua orang pernah mengecewakan. Aku pernah kecewa karena sikapmu dan kamu pun begitu denganku."

"....."

"Alasanmu menyuruhku pergi bukan karena kamu bosan. Aku tahu karena kamu kecewa. Kasih aku kesempatan satu kali lagi Wan."

Lampu merah menghentikan laju mobil Luna. Membuat Awan menatap ke arahnya, "Entah lah Lun, di mataku pengihanatan itu masih menjijikkan. Aku selalu percaya dengan kamu, sayangnya kamu justru menyia-nyiakan kesempatan itu."

"Maaf Wan. Rain benar kamu beda sama lelaki lain. Kamu..."

"Jangan bawa-bawa nama orang lain," ujar Awan cepat.

Luna kembali menjalankan mobilnya. Sebentar lagi mereka akan sampai di rumah milik Awan, "Wan, aku harus lakuin apa biar kamu ngasih aku kesempatan kedua?"

"Pergi. Cuma itu yang harus kamu lakukan."

"Aku udah pernah pergi," ujar Luna.

Awan menggelengkan kepala, "Tapi kamu masih kembali."

PETRICHOR [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang