His Name

347 57 30
                                    

Suara deburan ombak memecah pantai di mana saat ini Namjoon sedang mengintip lagi-lagi, orang yang sama. Orang yang selalu berselancar di sini setiap akhir pekan. Dia tidak tahu siapa nama pemuda yang begitu memikat hatinya tersebut, namun dia memiliki nama panggilan tersendiri untuk si pemuda peselancar.

Hoshi

Kenapa Hoshi? Karena pemuda itu bagai bintang yang cantik untuknya menggantung di permukaan dari mana dia tinggal, namun dia tidak dapat menggapainya. Walaupun tidak bisa menggapainya, setidaknya dia bisa melihat dan menikmatinya dari kejauhan saat ini. Bintang itu selalu bersinar baginya baik siang dan malam untuknya.

Sudah ada kira-kira sekitar empat jam lamanya, dia memandang pemuda itu tanpa bosan. Sesekali dia ingin berseru untuk menyemangati Hoshi- itu, namun dia harus menahan perasaan istilahnya fan-boyingan (?) karena kalau ketahuan, bisa gawat. Tapi sebagai gantinya dia selalu berdoa agar Hoshi selalu bersemangat dan terlindung dari mara bahaya apapun.

Semua doanya terkabulkan, namun hari ini...

Saat kembali ke permukaan, dia tidak melihat langit biru dan gumpalan awan putih yang biasa menghiasi dunia atasnya. Melainkan langit abu-abu gelap. Keadaan di permukaan juga tidak nampak cukup baik untuk melakukan selancar. Angin yang bertiup cukup kencang mungkin membuat Hoshi tidak akan datang ke pantai untuk melakukan rutinitas yang selalu diadakan tiap minggunya.

Tapi dia salah.

Dia melihat Hoshi dengan papan seluncurnya bersiap menantang ombak.

"Hoshi..."

Merayap saat kakinya sudah menginjak air laut dengan papan seluncur yang selalu setia menemaninya, pemuda itu kembali ingin menaklukkan ombak. Namjoon yang berada di balik karang juga cemas. Tiba-tiba ombak besar yang akan digunakan oleh si pujaan rahasia, menggulung tubuh laki-laki itu. Manik coklat Namjoon melebar. Tidak membuang waktu dia segera menyelam untuk menyelamatkan Hoshi.

Di dalam air, Namjoon melihat pemuda itu tenggelam. Bagi bangsa manusia setengah ikan sepertinya tubuh Hoshi tidak jauh dari kata tenggelam yang sebenarnya. Dia segera menarik tangan kanan Hoshi lalu memeluk si surai hitam yang tubuhnya tidak berdaya karena kekurangan oksigen.

Dia harus menolong Hoshi.

Dia menempelkan bibirnya yang berwarna peach ke bibir Hoshi yang sedikit terbuka.

Diberikanya oksigen pada pemain selancar bodoh yang sudah nekat menantang kuasa alam itu.

Ditengah kesadaranya yang hilang, kelopak matanya sedikit berkedut, yang memperlihatkan seperempat bagian iris topaz abu kehitaman. Namjoon tidak sadar bahwa Hoshi sudah sedikit membuka matanya. Matanya masih terpejam karena menikmati waktunya yang mungkin tidak akan datang lagi untuk yang kedua kalinya. Mencicipi bibir pemuda yang sudah membuatnya jatuh hati.

'Manusia kah...? Tapi ini di bawah... air?'

Tapi dia tidak memperdulikanya, dia tetap menutup matanya. Berharap apa yang terjadi padanya ini hanyalah mimpi belaka. Mungkin setelah dia bangun, dia akan kembali ke alam sadarnya.

Samar-samar dia mendengar suara deburan ombak. Pasir-pasir laut yang kasar itu menempel di tubuhnya. Dia membuka kelopak matanya. Segera matanya terbuka lebar dan dia bangun dari tidurnya. Melihat ke sekelilingnya. Dia sadar kalau dirinya sudah berada di tepi pantai.

Dia melihat ke tanganya sendiri. Dia pikir tadi dia tidak akan selamat dari gulungan ombak besar yang menariknya saat badai tadi. "Terima kasih..."

Namjoon yang mendengar kata-kata itu terkejut di balik karang di dekat dia meletakkan Jungkook kembali ke daratan.

"Aku tidak tahu siapa tadi yang ada di dalam mimpiku. Aku yakin... aku yakin aku telah di tolong seseorang. Aku Joen Jungkook. Aku hanya bisa berterima kasih dengan memberi namaku..."

Sand of MemoryWhere stories live. Discover now