Chapter 2 : Harapan baru.

21 3 0
                                    

Tok.. tok..tok..
Ketukan pintu membuat ku tersadar dari lamunan.

"Permisi neng, ini berkas yang harus di isi buat pendaftaran sekolah eneng. Mau di isi sekarang neng?" ucap wanita paruh baya di luar kamarku.

"Iya bi.." ucapku buru-buru menghapus air mataku.
Aku ga boleh keliatan sedih didepan bi inah, kalo ketauan nangis nanti bisa-bisa bikin khawatir.

"Iya bibi... yang mana ya berkasnya sini biar reina yang ngisi" ucapku membukakan pintu kamar.
"Ini neng, berkas harus di isi semua ya. Semoga eneng lulus tesnya dan masuk sekolah yang di inginkan." ucapnya menyemangati.

"Aamiin.. makasi ya bi udah mau nyemangatin reina" balasku.
'Seharusnya mama papa yang ngomong gini ke aku' lirihku dalam hati.

"Bi, mama kemana ya ko ga keliatan? Seharusnya sore gini udah pulang kan." ucapku pembuka suasana.
"Eh iya neng, nyonya lagi sibuk kerja neng begitupun tuan" balasnya mengenaki suasana hening.

"Ga usah ngenakin suasana bi. Kan udah biasa aku tinggal sendiri, bahkan pendaftaran sekolah aja aku sendiri toh." suaraku pecahkan keheningan rumah bertingkat 2 itu.

Bi inah berjalan menuju ruang keluarga dan duduk di sampingku.
"Neng, bibi tau neng selalu sendiri di kamar. Tapi coba lah keluar banyak orang yang menyayangi neng lebih dari bibi" ucapnya nada sendu.

Tangisku pecah. Suara tangisanku terdengar, aku ga bisa nahan.
"Tapi bi hiks seengganya hiks mereka itu.." ucapanku terpotong dengan pelukan erat bi inah.

"Bibi tau banget neng pasti kesepian, tapi kan ada bibi disini menggantikan nenek neng. Neng tidak usah sedih merasa kesepian lagi ya." ucapnya begitu menyentuhku.

"Aku hanya hiks pingin kaya anak laen bi hiks, bisa diperhatiin sama hiks orang tuanya. Aku capek hiks bi. Hanya bibi hiks yang ngerti semua setelah hiks nenek.." tangis sendu kembali memenuhi ruangan.

"Bibi bakal nemenin neng ko." kata itu lah yang menghentikan tangisku.
"Makasi ya bibi udah mau nemenin reina." ucapku
"Udah kewajiban bibi neng buat selalu nemenin neng ya." ucapnya menepis air mataku.

Ku kembali fokus mengisi formulir pendaftaran.
"Hm.. ma meski mama papa giniin aku aku ga pernah bisa ngebenci kalian. Gabakal!" bicaraku dalam hati.

----------

Breumm...
Suara mobil menuju garasi depan rumah membuatku senang. Yapss papah pulangg.
Ku tengok jam dinding pukul 22.45 wib. Cukup larut Malam.

Cklek. Ku buka pintu kamar.
Suara bi inah menyapaku.
"Eh neng, belom tidur ya?" sapanya
"Ehehe belom bi, mau nyambut papah" senyuman terukir di wajahku.

'Neng reina, memang anak baik meski begitu ia masih peduli dengan orang yang bahkan ^tak menganggapnya^' batin bi inah.

"Papahh... belom makan kan? Aku buatin sesuatu yaa?" ucapan ku menggaung ke segala penjuru.
"Apaan si! Ga usah sok peduli. Minggir saya capek! Jangan ganggu saya lagi!" balasnya meninggalkan ku menuju kamarnya.

"Tapi paahhh aku bisa masak loh. Papah buka pintu dulu dongg. Pahh papah aku cuma mau peluk papah sekali aja, pah papah.." air mata sudah ada dipelupuk mataku.

Tak ada jawaban sama sekali terdengar. Hening.
"Pft.. memang selalu gini. Haha dasar aku kepedean dapet perhatian dari papah." senyum topeng mengiringiku.

"Neng, udah malem yuk tidur. Mungkin tuan ga mau di ganggu dulu,, mari bibi antar ke kamar ya" ucapnya mengiringiku.
"Iya bi. Yuk" mengikutinya dari samping.

Mataku masih tertuju pada kamar itu, apakah masih ada harapan untuku?

"Yaudah bi, udah nyampe depan kamer nih. Aku masuk dulu ya bi"
bicara menutup perjumpaan malam.

"Iya neng, jangan lupa ya besok tes masuk sekolah baru neng." ucapnya mengingatkanku.
"Ohiya. Makasih ya bi." ucapku menutup kamar.

'Besok, mungkin ada harapan untukku' batinku memejamkan mata.

________________________
Assalamu'alaikum readers
Moga jan bosen ya ceritanya..
Kalo ada kesalahan mohon di maklumi yaa

jangan lupa vote dan koment
hargai penulis okeyy.
Makasii lohh.♥

IG : @yuliasih36

Minggu, 26519 13:26

REINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang