Ayok sama sama pencet tombol bintang di kiri bawah ლ('ڡ'ლ) setidaknya menghargai dong, iya gak? Ehe ლ('ڡ'ლ)
"Kau yakin kau akan baik-baik saja?" tanyaku pada seorang gadis di depanku.
Dia mengangguk ditemani senyumannya untuk menjawab pertanyaanku.
"Baiklah,hati-hati. Padahal ada baiknya jika kau menginap dirumahku saja," usulku padanya.
"Jangan bergurau, Cho Seungyoun. Kau ingin aku diamuk masa karena satu atap dengan pria yang bahkan belum sah?" elaknya.
Aku menggaruk leherku yang tidak gatal ini,"Benar juga, bagaimana pun juga kau harus hati-hati," ujarku khawatir.
"Sudahlah, kau masuk saja sana. Aku hanya perlu naik bus dan turun di halte, berlari ke rumah dan tidur. Itu saja," ucapnya santai.
"Tetap saja aku akan khawatir, yasudah. Sampai jumpa besok di kafe sepulang kau sekolah!" seruku melambaikan tangan padanya.
Ia tersenyum padaku, Sangat manis.
"Sampai jumpa, Kak Seungyoun!" balasnya berseru sembari berjalan menjauhiku.
Hyungji, adik kecil yang selalu ingin aku lindungi. Bagiku, ia adalah adik kecil yang perlu kasih sayang. Entah itu dari keluarga nya maupun teman-nya.
Pertama kali aku bertemu dengannya saat ia melamar kerja sebagai pekerja paruh waktu di kafe yang sama dengan tempat kerja adikku. Tepatnya, kafe milik adikku.
Dia bekerja untuk membayar uang sekolah, Hyungji bilang ia sangat ingin lulus dari sekolahnya secepat mungkin.
Bullying selalu terjadi padanya, entah saat sekolad dasar, pertengahan awal maupun akhir. Sekarang ia duduk di kelas 3 SMA dimana akhir dari kejenjangan sekolahnya. Seharusnya dia sibuk untuk belajar, tapi dia malah sibuk bekerja demi sekolahnya.
Juga,suasana di keluarga Hyungji kurang mendukung untuk pendidikannya. Bisa dibilang, broken home. Hyungji selalu mengeluh padaku, ia ingin pergi dari rumahnya dan tinggal jauh dari orang tuanya. Tapi aku larang, karena itu perbuatan salah.
Setiap kali aku bertanya padanya tentang kemana ia akan melanjutkan sekolahnya, dia hanya tertunduk dan menangis.
Hari ini Hyungji datang (lagi) kerumah ku untuk mengerjakan tugas nya. Seperti biasa,dia meminjam komputerku. Dan hanya ini satu-satu nya cara agar ia dapat menyelesaikan tugasnya tanpa gangguan dari semua bentakan orang tuanya.
Aku sedikit khawatir padanya, ini sudah larut malam dan dia harus pulang sendiri. Padahal aku sudah bergegas ingin mengantarnya pulang, Hyungji sendiri yang selalu mengelak padaku bahwa dia ingin pulang sendiri dan semuanya akan baik baik saja. Seperti biasa.
-----
"Sampai Jumpa,Kak Seungyoun!" seru Hyungji pada Seungyoun sembari melambaikan tangannya dan berjalan menjauh.
Seungyoun membalas lambaian tangannya dan masuk ke rumahnya setelah tidak melihat Hyungji di sana.
Dia tak tahu, bahwa bisa saja itu adalah detik terakhir ia bisa bersama Hyungji.
Esoknya, seperti biasa Seungyoun bangun sekitar jam 8 pagi untuk sarapan dan bersiap bekerja. Setelah mandi, ia selalu duduk di depan tv nya untuk menonton berita pagi ditemani sarapan kecilnya.
"Dilaporkan, seorang siswi dari sekolah gyeongsang hilang setelah mengerjakan tugas di rumah temannya. Laporan berawal dari seorang nenek tua yang tengah berada di jalan pulang dari berbelanja, melihat siswi tersebut diikuti 2 pria secara diam-diam.
Nenek tersebut bergegas menelepon polisi untuk meminta bantuan. 2 menit setelah melapor, polisi datang ke lokasi dan siswi yang dimaksud nenek sudah hilang. Berikut barang yang dijatuhkan oleh siswi tersebut."
Seungyoun dengan seksama memperhatikan layar tv, ia menggelengkan kepalanya.
"Itu hanya kebetulan, semua orang pasti mempunyai sepatu yang sama dengan Hyungji," ujar Seungyoun.
Tak lama, ia langsung berdiri dan hampir menjatuhkan piringnya. Foto, foto ia dengan Hyungji yang terpampang jelas di layar tv yang sedang ia tonton.
"Pemirsa, bisa anda lihat disini. Barang yang terjatuh merupakan sepatu dan dompet yang hanya berisi foto dan uang tanpa identitas. Kepolisian Gyeongsang akan segera meneliti siapa yang ada di foto ini dan segera mencari korban."
Seungyoun menggeram, dia langsung lari ke luar rumahnya dan lekas menelepon seseorang.
"Hey! Kau kemana saja? Semalam aku meneleponmu ribuan kali! Kau sudah menonton berita,kan? Cepat ke lokasi sekarang!"
Seseorang dari telpon langsung menyerbu memarahi Seungyoun, Seungyoun langsung memutuskan sambungan telpon dan melihat riwayat panggilannya.
"Sial, aku lupa menderingkan telponku lagi," gerutu Seungyoun sembari masuk ke dalam mobilnya serta gegas ke lokasi hilangnya Hyungji.
Bugh!
"Kemana saja kau semalam, hah?" Seseorang tanpa aba-aba melemparkan pukulannya tepat di pipi kanan Seungyoun.
"Maaf, aku tidak mendengar ada telfon," ujar Seungyoun membungkuk.
"Ini, lihat foto ini. Ini kau, bukan?" tanya orang itu.
Seungyoun merebut foto itu dari lengan atasannya, melihat dengan seksama.
"Kau yakin yang hilang anak ini?" Seungyoun mulai geram.
Bugh!
"Aku bertanya, ini kau. Hah?!" bentaknya.
"Iya, ini aku. Gadis malang ini, gadis yang sudah kuanggap seperti adikku sendiri." Ia menggenggam fotonya dengan erat.
Seungyoun terus menyalalahkan dirinya sendiri, ia memukul dirinya tanpa henti. Sampai atasannya langsung menghentikannya.
"Kau gila?! Jika kau merasa bersalah cari dia, bukan mencelakai dirimu sendiri, bodoh!" pekik Seungwoo sebagai atasan Seungyoun.
Seungyoun membuka ponselnya, mencoba menghubungi orang tua Hyungji. Tidak ada yang menjawab. Puluhan kali ia mencoba, percuma. Ia mencoba menghubungu ponsel Hyungji dengan harapan Hyungji menjawab telponnya.
Aktif, syukurlah. Setidaknya ia dapat melacak dimana keberadaan Hyungji sekarang. Namun, tak ada jawaban. Dua kali, ia mencoba menelpon Hyungji ke dua kalinya.
'bip'
Suara seseorang menjawab telpon dari Seungyoun.
"HYUNGJI! Kau dimana sekarang, hm?" tanya Seungyoun khawatir setengah mati.
"Ck, Cho Seungyoun?"
"Sial," batin Seungyoun.