Prolog

2.2K 276 16
                                    

Suara ketukan jemari terdengar pelan dari ruangan yang kedap suara ini. Mengetikan sebuah nama di papan tombol dan matanya yang terfokus pada layar datar yang disebut monitor berukuran sedang tersebut. Terpasang headphone di kepalanya. Menyalurkan alunan musik hip hop ke telinganya. Bibinya bergumam mengikuti irama yang terdengar.

Bayangkan kepala, leher dan bahunya ikut bergerak bebas.  Sekarang jemarinya mulai mengetuk-ketuk meja sambil menunggu laman web yang sedang berjalan dengan cukup baik itu.

Dan sektika semuanya berhenti. Seseorang ini terdiam tak menyangka dengan apa yang di dapatkannya.

"Kau jenius, Kang! Jenius!!" Teriaknya gembira.

Ya, dia Kang Seulgi. Mahasiswi Kedokteran yang sering bolos pada jadwal kuliahnya. Seperti hari ini dia tidak ikut kelas yang sudah tiga minggu di lewatkannya.

Alasannya cuma satu. Dia lebih suka hobinya dari pada belajar yang sebenarnya dia tidak menyukainya. Sebenarnya Seulgi bisa dikatakan seseorang yang tidak bersyukur karena ada banyak yang ingin kuliah di Kedokteran. Namun, Seulgi menyia-nyiakannya. Sebab, dia bahkan tidak mengerti kenapa dia bisa diterima di Fakultas Kedokteran.

Seulgi lebih suka menghabiskan waktunya di depan komputer dan layar ponselnya. Tapi bukan game. Seulgi membuang waktunya untuk menjadi seorang Stalker. Ya, Stalking menurutnya sangat menyenangkan. Dan Seulgi sangat menyukai itu.

Benar. Buat apa mengurusi kehidupan orang lain sementara hidup kita masih berantakan. Tapi, ini hanya sebuah hobi. Karena Seulgi tidak seperti penguntit pada umumnya. Dia hanya punya rasa penasaran dan suka menebak. Karena ketika semuanya terjawab itu adalah sebuah kemenangan.

"Ah, ternyata ini orang-orang yang tergila-gila pada Oh Sehun. Ah, mungkin diantara mereka itu adalah—"

Drrt-drrt

Ponsel Seulgi bergetar berkali-kali. Dia sadar dan melepaskan headphonenya dan mengangkat telpon hingga akhirnya telinganya harus rela mendengar teriakan menyebalkan.

"Ya! Mana data yang ku minta. Aku harus menangkap seseorang itu hari ini" Ujar seseorang dari seberang telepon.

"Sabar aku sedang mengirimnya. Kerjaan ku tidak hanya satu, Nona Taeyeon" Jelas Seulgi dengan rasa yang tak enak.

"Kirimkan sekarang atau kau tidak  dibayar" Ancam Taeyeon

"Iya cerewet!" Seulgi mematikan telponnya dan mengirim data yang Taeyeon minta tadi ke email khusus.

"Hah" Seulgi menghela nafasnya.

Terkadang dia berpikir untuk menjadi Dokter saja. Tapi,  belajar adalah ketidaksanggupannya. Dan orang-orang menganggapnya menjijikan karena terlalu penasaran dengan kehidupan orang lain. Sampai menurut mereka Seulgi merusak privasi mereka.

Setelah menekan tombol enter, Seulgi bersandar pada punggung kursi. Menghela nafasnya lagi dan lagi. Hobinya dikategorikan aneh dan creepy. Tapi, percayalah itu hanya sebuah hobi. Tapi, lagi apa kita percaya pada seorang Stalker yang punya segala informasi?

Drrt-drrt

Ponselnya bergetar lagi. Seulgi dengan sigap meraih ponselnya dan mengangkat telponnya. Suara berbeda terdengar diujung seberang.

"Halo" Sapa Seulgi pelan.

"Hai, ini aku Irene" Ujar Irene

"Aku tahu itu" Jawab Seulgi.

"Aku butuh bantuan mu"

***

Hai, lama tak berjumpa. Maaf baru bisa kembali. Tapi, ini cerita yang baru dan ya semoga saya benar-benar niat mengerjakannya. Kalau sebelumnya Bad sekarang Good. Wkwkwk. Semoga semuanya suka dan meluangkan waktunya untuk membaca kembali. Saya akan sangat berterimakasih. Sampai ketemu nanti. Saya tidur siang dulu.

-justred

The Good StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang