IV. Let it Rain

1.1K 266 23
                                    

Pagi yang mendung, rintik hujan bersenandung. Dan cangkir yang dipegang Irene terkandung seratus persen teh dengan banyak gula.
Matanya menatap ke jalanan yang sedikit basah dengan udara yang sejuk dari dalam cafe favoritnya. Dia menunggu teman kebarat-baratannya juga Stalker yang membantunya. Menyeruput teh, menghangatkan tubuhnya, membuatnya rilex sebelum mulut racunnya berkata kasar pada Seulgi atau tangannya yang nakal menarik rambut Wendy.

Tak lama pintu cafe terbuka. Namun, hanya sosok Wendy yang sampai memperlihatkan wajahnya. Irene menghela nafas dan kembali melihat ke jalanan.

"Seulgi?" Tanya Wendy sambil duduk di sebelah Irene.

"Terlambat" Jawab Irene dan Wendy memanggil pelayan untuk memesan menu kesukaannya.

"Tolong tehnya 2 ya..." Pesan Wendy kesalah seorang dari pelayan yang di panggilnya.

"Tunggu dulu" Irene menahan pelayan tadi dan membuat Wendy membulatkan matanya.

"Kau mau pesan lagi, Irene?" Tanya Wendy.

"Kau pesan itu untuk Seulgi kan? Jangan hanya itu pesankan kopi juga. Itu cocok untuknya, aku tahu dia tidak tidur semalaman" Jawab Irene dan Wendy memberikan senyuman menggodanya.

"Ah, kau pasti saling bertukar pesan dengannya. Jangan-jangan kau khawatir padanya" Goda Wendy sambil menyikut Irene.

"Jangan seperti orang tua. Aku tidak bertukar pesan dengannya. Tapi, iya aku khawatir" Ujar Irene lalu menolehkan wajahnya ke jalanan lagi.

"Eish, bilang saja kau khawatir, takut dia tidak tidur, blablabla" Gumam Wendy hampir tidak terdengar.

Tapi, jari-jari Irene sudah meremas rambut pendek Wendy yang menjadi trendsetter itu.

"Aduh, Irene iya ampun! Kalau mau rambut yang keren ini biar ku ajak ke salon langganan di depan rumah ku. Akh! iya iya sakit, aduh"

Selama sejam Wendy kerap menggodai Irene tanpa sebab. Tapi, Irene selalu membalasnya dengan kekuatan yang ia miliki. Dan Seulgi akhirnya hadir di depan mereka.

"Hai-h" Terdengar helaan nafas lelah dari ucapannya.

"Kenapa kau selalu basah kuyup?" Tanya Wendy.

"Ya, di daerah ku hujannya sudah mulai turun dan aku dikejar oleh hujan. Aku menggunakan sepeda dan ya basah kuyup tidak sempat berteduh. Dan dalam  hitungan  3 2 1..."

Hujan turun dengan deras. Irene terpana dengan hujan yang turun dengan derasnya bahkan senandungnya tidak lagi syahdu.

"Bagaimana kau bisa lebih cepat dari hujan?" Tanya Wendy tak percaya.

"Aku memutar jalan, aku melihat arah kemana dia bergerak" Jawab Seulgi menggosok-gosok tangannya karena dingin tengah menyelimutinya.

"Hebat, kau bahkan bisa mengetahui arah datangnya hujan. Luarbiasa" Puji Wendy sambil menepuk tangannya dengan ekspresi berlebihan tapi imut darinya.

"Well, itu butuh insting atau kau bisa melihat awan yang gelap dari arah sebelah mana dan menghirup aroma hujan. Mungkin kau bisa saja memilih untuk menyontek dari ramalan cuaca" Jelas Seulgi yang seakan-akan sosok jenius.

"Ah, aku bahkan tidak pernah berpikir seperti itu"

"Nona, ini kopi dan handuk yang kau pesan tadi" Ujar seorang pelayan pada Irene yang sekarang melihat pada pesanannya.

"Taruh disini saja" Ucap Irene mengetuk bagian meja Seulgi dan teh juga handuk yang dipesan tersimpan rapi di bagian meja itu.

"Minumlah selagi hangat. Sebelum kau mati kedinginan dan keringkan tubuhmu, setidaknya jangan sampai demam" Jelas Irene.

The Good StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang