Pertemuan kita kemarin kayaknya emang udah takdir ya? - Arvin
—♡—
"Pagi," Sapa seorang wanita ketika mendapati seseorang baru saja duduk di depan meja makan.
"Pagi Ma." Balasnya dengan suara yang berat namun terdengar begitu maskulin.
"Yuk sarapan dulu." Ucap wanita itu sambil meletakkan sepiring nasi goreng udang yang masih hangat.
"Papa mana Ma?"
"Udah berangkat Vin, biasalah."
Pria bernama Arvin itu menghela nafas pelan mendengar jawaban dari Rania–mamanya.
Kapan sih papa kasih waktu buat gue? Batinnya kesal.
Rania yang menyadari raut wajah kesal putranya pun tersenyum simpul. Wanita itu berjalan ke samping Arvin dan mengusap pundaknya pelan.
"Jangan marah, papa kan juga harus kerja sayang." Tuturnya berusaha membuat hati Arvin melunak.
"Kerja sih, tapi weekend juga tetep sibuk. Waktu buat Arvin kapan Ma?" Keluhnya.
"Iya-iya sayang, Mama ngerti. Sabar ya, bukan cuma kamu kok yang ngerasa gitu."
Tubuh Arvin yang semula menegang karena kesal seketika melemas usai mendengar perkataan sang mama. Benar juga, bukan hanya Arvin yang kehilangan sosok papa karena "gila kerja"nya itu, tapi Rania juga.
Arvin menunduk kemudian meraih tangan Rania yang masih setia di pundaknya dan mengusapnya lembut.
"Maaf Ma," lirihnya.
Rania mengangguk, "Udah nggak papa, sekarang kamu sarapan dulu, habis itu olahraga ringan keluar."
Arvin menghela nafas kasar, "Nggak usah olahraga hari ini deh ya?" Pintanya.
"Loh, kok gitu. Nggak mau tau, anak mama harus olahraga, titik." Balas Rania tak acuh.
"Huh, yaudah iya." Pasrah Arvin.
Pria itu pun melahap dengan sangat cepat makanan di hadapannya, kemudian berpamitan pada Rania dan bergegas keluar.
Ya, olahraga pria itu memang rutin. Tapi bukan atas kehendaknya sendiri, melainkan paksaan sang mama. Tak apa, bagi Arvin, Rania peduli akan kesehatannya. Selagi belum terlambat, Arvin harus rajin berolahraga.
Kalau kata orang tua, masa tua adalah bagaimana masa mudamu.
Di mana ketika kau rajin berolahraga saat muda, atas izin Tuhan pula kau akan senantiasa sehat sampai tua. Begitu pun ketika kau rajin membaca dan mengingat saat muda, maka tuamu tidak akan cepat terserang pikun. Yaa, begitulah "katanya". Namun Arvin mempercayainya.
Bayangkan saja kalau mudamu hanya dipakai untuk rebahan terus, apa iya masa tuamu akan tetap kuat untuk berdiri dan melangkah? Orang kamu kurang gerak gitu mudanya, hahahaha.
***
Arvin berjalan pelan usai melakukan jogging kecil keliling komplek. Ya begitulah pria itu, mudah lelah, jadi tidak boleh olahraga terlalu keras. Hanya bisa melakukan olahraga ringan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Senyummu
Teen Fiction"Kenapa ngeliatin gue kaya gitu sih Vin?" "Suka aja." "Hah? Suka apa?" "Lo." Jawab Arvin singkat. "Gu-gue?" "Iya, kenapa? Nggak boleh?" • • • Ketika cinta dan rela harus berjalan beriringan, rasanya menyakitkan. Tapi tidak ada yang bisa menghentika...