Lima - Perkenalan

29 7 26
                                    

Namanya juga masa lalu, sekalipun udah nggak ada rasa, tetep aja deg-degan kalo ketemu! - Talia

––♡––

Seorang gadis terlihat sedang berkutat dengan peralatan dapurnya sambil bersenandung menyanyikan lagu dari idola tercintanya.

And I will walk this road ahead

One hundred miles on my hands

Do I need to show you?

Guess I gotta show you~

Gadis itu terus asik dengan lagunya sembari memotong bawang, tanpa menyadari bahwa di belakangnya ada seseorang yang terus memandangnya dengan tatapan heran.

Ketika ia berbalik untuk memasukan bawang ke wajan, gadis itu terlonjak kaget.

"Astaghfirullah! Mbah!"

"Mbah ngagetin aja sih, dari kapan coba disitu?" Lanjutnya.

Ningsih tertawa, "Lagian kamu ngapain to Nduk, masak kok sambil nyanyi."

Talia cemberut, "Ya biar nggak sepi dong mbah."

Ningsih tersenyum, "Itu kamu masak apa emangnya?" Tanyanya.

"Cuma nasi goreng sih Mbah, Talia belum bisa masak yang lain-lain." Jawabnya.

"Ya udah sini tak bantuin." Ucap Ningsih sembari berjalan menghampiri Talia.

Keduanya memasak bersama sembari membicarakan hal-hal tak terduga. Di mulai dari Ningsih yang menanyakan bagaimana kuliah Arya yang sudah memasuki semester akhir, hingga pertanyaan tentang "pangeran kecil" yang sukses membuat Talia membelalakkan matanya.

"Hah? Mbah tau darimana?" Tanya Talia tanpa bisa mengubah ekspresi terkejutnya.

Ningsih tersenyum kecil, "Mbah kan suka masuk ke kamarmu Nduk, mbah bereskan terus. Kadang mbah buka-buka barang kamu yang masih ada di sini cuma buat ngelepas kangen, eh, ya nggak tau kalo waktu itu mbah bukanya buku harian kamu waktu kecil." Tuturnya.

Wajah Talia seketika memerah.

"Emang siapa pangeran kecilmu itu Nduk?" Tanya Ningsih penasaran.

"Ih, apa to Mbah, Talia nggak tau, udah lupa." Balasnya meracau.

Seketika gadis itu seolah terlempar kembali ke masa lalu. Ingat betul siapa orang dibalik julukan "pangeran kecil" itu. Semasa kecil, gadis itu memang suka menulis curahan hatinya melalui buku harian, dan tak pernah sekalipun ia menuliskan nama asli dari pangeran kecilnya itu. Entahlah, ia hanya tak ingin seseorang mengetahuinya. Lucu memang masa kecil Talia, sudah mengerti rasa suka pada lawan jenisnya.

Pangeran kecil. Batin Talia sembari menggeleng sambil tersenyum.

Ningsih menangkap pemandangan itu. Wanita paruh baya itu hanya bisa tersenyum di dalam hati. Entah siapa yang dimaksud Talia, tapi semoga orang itu tepat untuk cucu tersayangnya. Meskipun hanya seseorang di masa kecilnya, siapa yang tahu jika saat remaja mereka memang akan dipertemukan kembali?

***

"Mbah aku berangkat ya, assalamualaikum." Ucap Talia usai menghabiskan sarapannya dan mengecup tangan Ningsih lembut.

Untuk SenyummuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang